Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Berhati Mulia

6 April 2021   07:11 Diperbarui: 6 April 2021   07:30 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Direnungkannya, siang dan malam perbuatan lelaki itu. Apakah karena ia kurang merawat diri? Apakah karena ia kurang melayani suaminya? Kurang senyum dan kurang hangat? Lupa menyajikan secangkir kopi saat suaminya pulang dari bekerja, misalnya?

Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya. Sampai sakit juga kepalanya. Ia pun minum obat agar sarafnya enteng.

Perempuan itu bernama Wati. Pernah suatu kali suaminya membawa ke kontrakan mereka. Perempuan itu tidak lebih cantik dari dirinya, tapi konon penyanyi papan atas sebuah kafe malam.

Biar bagaimana, Fatimah berusaha meyakini ini adalah bagian dari takdir Allah swt.

Bukankah setiap rumah tangga pasti diuji terlebih dulu untuk mendapatkan surga?

Hatinya memang perih, karena ia pun wanita biasa yang dapat merasakan sakit.

Tapi Fatimah tak mau berlarut-larut. Ia ingat suaminya sudah cukup baik sebelumnya. Berusaha memenuhi kebutuhan rumah tangga meski sangat kekurangan. 

Ia juga berusaha menanamkan bahwa jika masih berjodoh dengan sang suami, perempuan mana pun tak akan berhasil merebutnya.

Dialihkannya segala kesedihan dengan mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada bunga-bunga di halaman. 

Lelaki itu menatap nanar dari jendela kamarnya. Tampak pohon Kelengkeng yang berbuah rimbun, juga hasil tangan Fatimah. Jambu Kristal, serta beberapa jenis anggrek. Bagaimana kah nasib tanaman-tanaman itu nanti?

Ah, bukan itu sebenarnya. Tapi dirinya dan putri semata wayang mereka, Puput.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun