Sebenarnya aku berniat membicarakan ini pelan-pelan denganmu. Setidaknya sepanjang bulan Desember adalah waktu yang cukup, sebelum ulang tahun pernikahan kita yang ke-2 pada Januari mendatang.
Aku memang butuh sebelas bulan untuk bertekad merubah engkau. Merubah prinsipmu bahwa kebahagiaan itu datangnya dari materi dan benda-benda simbol kesuksesan. Karena sejujurnya aku takut mengecewakanmu, takut engkau akan marah, bahkan akan membenci orang sepertiku.
Siang yang terik, tiba-tiba terasa dingin dan beku.Â
Angin kencang bertiup seenaknya, entah dari arah mana datangnya.
Kelompok awan hitam dan gelap pun bermunculan memenuhi pandangan. Saat itu juga, aku langsung merasa takut dan ciut.
Mereka menyergapmu bukan pada jam tiga dini hari seperti yang biasa kusaksikan dalam berita tv.Â
Sebuah mobil polisi segera dituruni anggota reserse yang bergerak cepat ke dalam rumah. Engkau tak kuasa bicara, apalagi melawan.
Sebuah surat tugas yang disodorkan padaku berisi perintah penangkapan dirimu, sebagai tersangka kasus.....aku bahkan malu mengatakannya.
Deru mobil itu menderu pergi, dan aku tergugu.
Apa yang sudah aku lakukan?
Aku terlalu banyak membuang waktu sehingga semuanya terlambat. Engkau sudah melakukan penggelapan uang negara, demi menutupi cicilan demi cicilan yang semuanya tak pernah kuminta.Â