Semua seperti suatu misteri, saat aku menguhubungkan keterangan satu dengan lainnya.Â
Bahwa kalian berada di luar kota selama empat hari dan tanpa hasil, padahal mempunyai dua saudara di sana. Dan lima saudara lainnya di sini, juga tak ada yang memberikan bantuan.
Seorang teman yang kau kunjungi di ujung jalan ini, pada suatu pagi kita dipertemukan, juga tak dapat membantu.
Separah itu kah, hubungan kalian dengan mereka?
Akhirnya engkau pamit pulang juga, setelah sempat mengabaikan jam pulang kerja suamiku, juga mengabaikan hari sudah beranjak malam.
Tapi itu belum terlalu mengagetkan, ketimbang kedatangan kalian dengan si bungsu, lagi di keesokan pagi.
Sebenarnya aku bukan seorang manusia yang kejam, yang tidak dapat berempati atas kesusahan sahabat sendiri.
Aku juga bukannya keberatan untuk mendengarkan keluh-kesahmu, seandainya engkau mau lebih terbuka.
Terus terang aku merasa ganjil dan tak nyaman, melihat kalian sekeluarga muncul dengan buntelan pakaian dalam kantong plastik. Apakah itu pakaian kotor yang engkau bawa-bawa sejak kemarin dari luar kota?
Apalagi engkau dan suami langsung tidur sampai aku selesai memasak, dengan gejala tak enak badan bla bla bla.
Memang sangat mungkin bila engkau kelelahan serta stres karena tak pernah mendapatkan pinjaman uang.Â