Mohon tunggu...
Ayu Bejoo
Ayu Bejoo Mohon Tunggu... Jurnalis - Moody Writer

Moody Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Berawal dari Tebuireng untuk Indonesia

28 September 2016   15:56 Diperbarui: 28 September 2016   16:18 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dunia pernah berkata, Indonesia adalah macan Asia, yang disegani pemimpin dunia, karena mampu menghidupi dirinya sendiri dengan ketahanan pangannya, Tapi kini, macan itu seolah kehilangan taringnya, potret kemiskinan dan kelaparan seakan menjadi album suram dalam galeri kehidupan”.

“Dunia pernah berkata, Indonesia adalah negara yang para pemimpinnya mampu mengguncang dunia, dengan keberaniannya menentang penindasan dan penjajahan, tapi detik ini, wajah Indonesia tercoreng dengan terbongkarnya kasus korupsi, kolusi, dan politik dinasti, yang dilakukan para elit pemimpin Indonesia, ironisnya, dahulu mereka adalah para mahasiswa yang dengan lantang berkata “KATAKAN TIDAK PADA KORUPSI””.

“Kini, siapakah yang mampu mengembalikan harga diri bangsa?!. Siapakah yang akan mengembalikan keganasan Sang Macan Asia?!. Serta siapakah yang mampu memberantas segala bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menggerogoti negeri ini?!.”

“Jawabannya ada disini ! Di Pesantren ini ! Pesantren terkemuka, penghasil insan, pemimpin yang berakhlak mulia”

“Kami para santri yang akan menjawab semua pertanyaan itu, dengan dedikasi dan loyalitas kami terhadap negeri ini, dan dengan memegang teguh pada prinsip dasar yang kami ta’ati : jujur, ikhlas, tanggung jawab, kerja keras, serta toleransi, menjadi bekal kami dalam kejayaan bangsa yang hakiki, NKRI harga mati !”

Suara pembawa acara malam itu sangat menggebu-gebu, Firdaus tak berkedip, bahkan beberapa kali menganga, ia sangat yakin, kalau dari seribu orang yang ada disana, hanya ia yang bukan santri, bahkan bukan muslim.

Firdaus tak bergerak sesenti pun dari tempat awal ia berdiri, di ujung, penghujung batas kerumunan orang-orang. Ia menikmati, bahkan sangat menkmati, dari awal hingga akhir acara malam itu, hingga larut malam.

---------

Firdaus masih disana, di sudut paling ujung di sisi ruang, tengah berbaring, memikirkan banyak hal, dari kepercayaan hingga keyakinan. Sepulang dari perjalanannya dua hari yang lalu, ia mulai kalap, mulai rancu pada keyakinannya dalam mempertuhankan Tuhan, juga mulai memberi perhatian kepada konflik keluarganya, Dadi-nya seorang wakil rakyat, pun Mami-nya, anak tunggal, keturunan cina. Ia sudah mulai jemu pada keluarganya, muak pada laporan media, tiga bulan yang lalu, media digemparkan dengan skandal hilangnya uang negara ratusan triliyun, banyak nama-nama pejabat wakil rakyat yang terlibat, pun Dadi dan Maminya.

Lantas, dua hari yang lalu ia merekam benar, menjajal jawaban yang selama ini ia cari, ia baru mengerti.

-------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun