Mohon tunggu...
Ayu Bejoo
Ayu Bejoo Mohon Tunggu... Jurnalis - Moody Writer

Moody Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Kopi Bapak

15 September 2016   08:04 Diperbarui: 15 September 2016   08:11 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang surya sudah mulai meninggi saat handphoneku berdering, sudah tidak pagi lagi. Aku baru saja akan beranjak, ketika Reihan meniti pelantar dibelakangku, dia membawa nampan, dengan secangkir kopi diatasnya. Masih dengan cengirannya,  “ Pa, kopi Rei, udah Rei kasih nama, namanya kopi ketulusan, hehe”. Tiba-tiba Zahra datang, dengan segala kemanisan yang dia miliki, beserta keceriaan suaranya “Papa, kopi buatan Papa biar Zahra aja yang kasi nama ya? Namanya k-o-p-i- k-e-h-i-d-u-p-a-n, hehe baguskan Pa?”

Tuhan, demi apa.

Bapak. Aku bahagia Pak, terima kasih Pak.

Bapakku, seorang nelayan kecil yang bermimpi besar. Seseorang dengan kadar kepercayaan yang sangat tinggi, menunjukkan betapa kerja keras sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Pencapaian dari nol. Tidak semestinya ada karena sesuatu yang telah ada. Harus ada sesuatu yang diadakan dari ketiadaan.

Bapakku, seorang pecinta kopi yang sangat aku kenal.

Aku menjual kopi, seharga senyum keberkahan Bapak.

Hanya untuk Bapak.  Kopi Bapak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun