Kubiarkan kau berlari, menemukan jarak dan tempat sembunyi. Kutahu, di suatu tempat, kau cemas. Menunggu. 1)
Namun, karena masing-masing dari kita mempertahankan rasa "aku" yang terlalu tinggi, pertemuan yang kita harapkan tak pernah terjadi.Â
Harus jujur kukatakan, pernah mengenalmu adalah suatu pengalaman bagaimana aku menikmati keindahan, yang sebelumnya belum pernah kurasakan.Â
Aku begitu menikmati rasa berdebar-debar, cemburu, jatuh cinta berkali-kali. Cemburu lagi. Bolak-balik ganti baju saat pertama kali berkencan. Mm ... ciuman pertama.Â
Mukaku memerah; kau yang mengajariku. Ups! Masih ingat saat lidahku hampir tergigit? Apa namanya, French kiss?Â
Itu dulu. Sudahlah.Â
Akhirnya akan tiba juga, suatu hari aku hanya akan mengenangmu tanpa rasa sakit. Dan cemas. Dan takut. Dan rindu. Dan gagal. Â 2)
***
Kini aku dalam sebuah perjalanan di sebuah kereta malam. Kereta berhenti sebentar di stasiun kota tempatmu tinggal.Â
Ada kenangan berkelebat.Â
Aku seperti melihat lagi saat kita duduk di bangku peron. Lalu pelukan selintas, kecupan tipis di keningmu. Dan lambaian tanganmu. Kita seperti menyadari, itulah pertemuan kita yang terakhir.Â