Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat 'Sekjen PBB' Pulang ke Desa (2)

3 Januari 2021   14:03 Diperbarui: 3 Januari 2021   14:13 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Enak, sih. Cuma yang ini lebih enak," Gendis masih tertawa. "Kalau Mama yang bikin mungkin lebih enak ya, Yah?" 

"Ini memang Mama yang bikin."

"Ayah dari dulu ngomongnya begitu."

"Iya. Mama memang di sini!"

"Iya, di sini. Di hati Gendis, di hati Ayah. Paling itu lanjutannya," potong Gendis, suaranya seperti merajuk. 

Di kamar Aliz terharu mendengar senda-gurau ayah dan anak itu. Ia taktahan. 

"Nggak. Mama memang di sini, di rumah ini. Tuh...," Yudi menunjuk dengan dagunya. 

Gendis sejenak terpana, matanya mengerjap-ngerjap. Ia memang sering video call dengan mamanya, juga sering melihat di TV, tapi kini...? 

Tak menunggu berapa lama Gendis langsung menghambur, memeluk mamanya. "Mama." Hanya itu yang diucapkan Gendis. 

Aliz sendiri merasakan bajunya basah. Ia pun larut dalam keharuan. Dipeluk serta diciuminya Gendis. Mereka saling melepas kerinduan. 

"Ayo, kita sarapan bareng," ajak Aliz. Gendis menggelayut, tak mau melepaskan tangan mamanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun