Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sherly

21 Januari 2020   23:16 Diperbarui: 21 Januari 2020   23:20 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perutnya yang membuncit menekan tubuhku. Aku juga baru sadar, tubuhnya lebih kurus. Matanya cekung, agak menjorok ke dalam, seperti mata yang sering menangis. Tubuh yang rapuh, berharap ada sandaran untuk berbagi cerita, tapi yang didapat dariku hanya kata-kata kasar yang menyakiti dirinya. 

Timbul rasa kasihan kepada dirinya. Tak seharusnya aku memperlakukannya seperti itu. Kemarin ini, yang dilakukannya mungkin hanya kekhilafan saja, mengikuti gejolak masa mudanya. Dan kelihatannya ia menyadari kekeliruannya. 

"Sher...?"

"Hm...?"

"Terima kasih...."

Sherly tak menjawab. Hanya kemudian tubuhnya agak bergetar. Ia menangis...? 

***

Pagi ini kulihat tubuhnya terseok mengangkat ember berisi curian yang akan dijemur. Perutnya yang sudah besar itu membuatnya kesusahan mengangkat ember. Keterlaluan sekali kalau aku membiarkannya. 

"Biar aku saja yang menjemur," kataku sambil meraih embernya. 

"Kamu nggak malu?"

"Masak menolong istri sendiri harus malu...?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun