Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pedagang Keliling, Istri yang Tak Tahan Godaan, dan Seni Perang ala Sun Tzu

17 September 2019   23:02 Diperbarui: 18 September 2019   19:14 4145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya kesempatan itu datang. 

Aku menyuruh istriku menelepon pedagang keliling itu, berpura-pura akan membeli barangnya. Istriku terheran-heran. Tapi setelah kuberi sejumlah uang ia terdiam. "Terserah kamu mau beli apa saja," kataku. Ini teori Sun Tzu yang lain, gebah rumput sekitar agar ular keluar dari sarang. 

Setelah diberi tahu istriku, bahwa pedagang keliling itu akan ke rumahku membawa barang dagangannya, aku tersenyum dalam hati. Mm, ular itu telah keluar dari sarang. Ini saatnya menyerbu pertahanan musuh.

Diam-diam aku menyelinap keluar, dan mengambil daganganku di rumah temanku. Dengan motor aku aku menuju ke rumah pedagang keliling itu. Benar saja, pedagang keliling itu tak ada. Kudapati hanya istrinya.

Layaknya seorang pedagang berpengalaman, aku menawarkan daganganku kepada istri pedagang keliling itu. Sudah kuduga, ia tak berminat. 

"Ini murah. Semuanya cuma sejuta."
"Sejuta? Barang dari maling, ya?" perempuan itu curiga.
"Enak aja. Lihat saja notanya."
"Tiga juta, semuanya lebih tiga juta? Kenapa mau dijual murah?"
"Aku mau pindah rumah. Tak mungkin kan barang ini aku bawa. Makanya aku obral, yang penting jadi duit."
"Tapi saya cuma punya uang delapan ratus."
"Delapan ratus ribu?"

Perempuan itu mengangguk.      

Akhirnya aku sepakat menjualnya seharga delapan ratus ribu. Kulihat istri pedagang keliling itu begitu senang. Aku lebih senang lagi. 

***

Ternyata begitu mudahnya. Aku membayangkan pedagang keliling itu terkejut melihat apa yang dibeli istrinya, kemudian marah. Istrinya tak terima, bertengkar. Rasakan, aku tersenyum. Sehebat apa pun ia berdagang, tak mungkin ia bisa menjual semuanya. Itu pun ia membutuhkan waktu yang lama.

Kini aku merasa suasana begitu nyaman, tenang, tak ada lagi pertengkaran. Sebuah suasana yang sudah lama tak kurasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun