Sementara itu Dina di kamarnya tak bisa juga tidur. Ia menahan-nahan tangisnya agar tak terdengar oleh emaknya.Â
Mungkin ini peristiwa paling sedih dalam hidupnya. Bukan karena kegagalannya karena tak bisa kuliah, tapi mengingat emaknya.Â
Ia tahu emaknya tak punya cukup uang untuk biaya kuliahnya. Ia bukanlah anak yang bodoh, ia tahu perhiasan itu adalah imitasi. Ingin rasanya menjerit saat itu. Ia merasakan emaknya berusaha agar dirinya tak kecewa, walau emaknya melakukan dengan cara yang salah. Kalaupun emaknya menceritakan hal yang sebenarnya, ia dapat mengerti.Â
Dina juga tak ingin membuat emaknya bersedih. Pagi tadi ia tetap pergi bersama Rin, bukan mendaftar di Sekolah Kebidanan, tapi hanya jalan-jalan saja hingga menjelang sore. Â Â Â Â
Ya, Dina tidak mendaftar. Bahwa pendaftaran sudah tutup, itu hanya alasan untuk emaknya, agar emaknya tidak terlalu kecewa. Tapi Dina merasa berdosa, karena hari ini ia telah membohongi emaknya.Â
***
Cilegon, 2019.Â
Catatan.Â
Cerita ini kutulis untuk Nelvienti.Â