"Rekan-rekan wartawan..., kami telah mempelajari coretan-coretan di kertas yang banyak berserakan di kamar itu. Berdasar penyelidikan kami ternyata Surakyat ini ingin memiliki mobil seharga satu miliar. Satu miliar, rekan-rekan wartawan.Â
"Dan Surakyat punya gaji tiga juta per bulan. Kemudian Surakyat menghitung, mencoret-coret di kertas. Harga mobil satu miliar, dan gajinya tiga juta per bulan.Â
"Ini yang didapat. 1000.000.000 : 3000.000 = 333. Sekitar tiga ratus tiga puluh tiga bulan, itu, sekitar 27 tahun.Â
"Bayangkan Saudara-saudara, seorang buruh sepatu semacam Surakyat perlu mengumpulkan gajinya selama 27 tahun untuk membeli mobil seharga satu miliar. Itu dengan catatan, Surakyat tidak makan tidak minum, tidak membeli apa pun, baru bisa terbeli.Â
"Sementara pabriknya sendiri memproduksi sekitar seribu pasang sepatu per hari, dan harga jual sepatu itu adalah satu juta rupiah per pasang. Itu berarti satu miliar rupiah. Bila pemilik pabrik ingin membeli mobil seharga satu miliar, dia hanya butuh waktu sehari untuk melakukannya.Â
"Surakyat 27 tahun. Dan itu tidak makan dan tidak minum. Ini tidak adil, kata-kata ini banyak ditulis Surakyat.Â
"Tentu rekan-rekan wartawan dapat membayangkan.Â
"Surakyat sepertinya tidak dapat menerima ini. Berhari-hari ia memikirkan hal ini. Ia tak tahan. Puncaknya sore itu, tubuhnya sepertinya tidak bisa menahan beban keinginannya.Â
"Pembuluh darahnya pecah, gendang telinganya pecah, semua organ tubuhnya pecah. Berdarah-darah!Â
"Demikian rekan-rekan wartawan. Ada yang bertanya?"
Seorang wartawan mengacungkan jari. Pertanyaan dan jawaban polisi bisa dilihat di berita TV sore ini.Â