Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Matinya Seorang Buruh

8 Agustus 2019   23:49 Diperbarui: 9 Agustus 2019   00:18 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Siapa yang bertanggung jawab soal ini?"

"Itu Kepala Personalia, Pak Irwan," jelas Slamet. 

Keterangan Irwan. 

"Surakyat karyawan yang baik, rajin. Tapi memang ada beberapa kali ia tak masuk kerja tanpa mengemukakan alasan. Dan itu menjadi catatan perusahaan. Itu sebabnya kami lebih memilih Slamet daripada Surakyat untuk diangkat sebagai Kepala Quality Control."

Buntu!

***

Polisi seperti dipaksa memasuki Lorong-lorong labirin yang tak tahu di mana pintu keluar. Buruh pabrik sepatu,  video porno, gambar-gambar mobil mewah, coretan-coretan, tulisan "tidak adil", yang semuanya seperti tidak ada hubungan sama sekali. 

Di kamarnya pun polisi tak menemukan jejak sidik jari yang mencurigakan. Riwayat hidupnya juga bersih, tak pernah masuk catatan kepolisian. Dan juga yang mengherankan polisi yang menyidik kasus ini, tersebab tubuh Surakyat yang berdarah-darah ini bukan  dikarenakan benturan benda tumpul atau terkena benda tajam. Itu menurut keterangan dokter yang mengotopsi tubuh Surakyat. 

Juga, masih keterangan dokter itu, tak ada benda-benda asing yang masuk ke tubuh Rakyat; racun, misalnya. Tubuh Surakyat berdarah disebabkan organ-organ dalam tubuhnya pecah. Pembuluh darah, gendang telinga, jantung, paru-paru, semuanya, semuanya pecah. Rongga kepalanya juga penuh darah. Dan dokter itu baru sekali ini menemukan kejadian seperti ini. Tubuh Surakyat seperti menahan tekanan yang luar biasa. 

Polisi berpikir keras. Apalagi para wartawan sudah mengejar-ngejar perkembangan kasus ini. 

Tiba-tiba polisi yang menangani kasus ini teringat sesuatu. Pacarnya, ya, pacar Surakyat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun