Tak ada tertinggal jejak kekerasan.Â
Tubuh Rakyat - Surakyat - tergeletak bersimbah darah, juga lantai kamarnya penuh dengan darah. Tak ada terlihat kerusakan; bekas perkelahian, misalnya. Barang-barang buruh pabrik sepatu itu masih berada di tempatnya, tak ada yang hilang.Â
Mejanya terlihat masih rapi. Hape, buku-buku, juga kertas-kertas. Kertas-kertas itu penuh gambar-gambar mobil, juga kata-kata. Kata-kata itu membentuk kalimat singkat: TIDAK ADIL! Kalimat ini juga terlihat di dinding kamar.Â
Hapenya sendiri menyimpan 23 video porno, dan 161 gambar-gambar mobil mewah.Â
Polisi masih memeriksa kamar. Mencari benda-benda sekiranya dapat dicurigai, memeriksa sidik jari yang mungkin saja tertinggal, dan, tentu, menanyai orang-orang yang berhubungan dengan Surakyat.Â
Bu Nani, pemilik kontrakan.Â
"Sumpah, Pak Polisi, saya tidak tahu apa-apa. Sore itu kan Mas Rakyat sedang bersiap-siap akan berangkat kerja, dia kebagian shift malam. Sore Persib sedang main; Mas Rakyat kan penggemar Persib. Maka saya menyuruh anak saya untuk memanggilnya, siapa tahu ia mau nonton menjelang ia berangkat kerja. Tapi kemudian saya mendengar anak saya menjerit, dan menceritakan terbata-bata apa yang dilihatnya.Â
"Saya penasaran. Ketika saya lihat kamar Mas Rakyat penuh darah, saya langsung teriak-teriak, dan memanggil Pak RT.Â
"Sumpah Pak Polisi, saya tidak tahu apa-apa," Bu Nani mengakhiri keterangannya.Â
Keterangan Pak RT.Â