"Kartika Ningrum."
"Cewek yang kamu kencani dua tahun lalu? Sobat, itu dendam berkarat."
Bagaimana saya bisa menjelaskan kepada mereka yang datang dari tiga puluh lima tahun yang lalu seolah-olah baru terjadi minggu kemarin?
"Aku bertemu dengannya baru-baru ini. Kami menghabiskan weekend, ehm, berdua di Kaliurang. Setelah kami kembali, dia memberitahuku bahwa dia bertunangan dengan Hendi. Kurasa Tika memberitahunya."
Semua yang kukatakan benar kecuali bagian tentang Tika memberitahu Hendi. Aku tidak tahu bagaimana Hendi bisa tahu.
Aku terus melihat ke belakang berjaga-jaga selama beberapa minggu, Â sebelum akhirnya lulus dan diwisuda. Aku tidak pernah melihat keduanya lagi. Sampai sekarang.
Zhul menatapku sambil nyengir kuda. "Cerita bagus. Ngomong-ngomong, isi lagi gelasmu."
Kami minum dan minum dan minum.
Berapa banyak? Aku tak ingat, sampai alarm tubuhku mengingatkan kalau kantung kemihku takkan sanggup menampung lebih banyak lagi.
Zhul dan Wing bertanya apakah aku butuh bantuan. "Tidak, aku baik-baik saja. Sampai jumpa," kataku, terlalu mabuk untuk menyadari bodohnya kalimat pernyataanku itu.
Mereka menghilang ketika aku sempoyongan menuju pintu. Semuanya berjalan baik sampai aku mencapai jalan aspal.