Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Sampai Kami Pergi

12 Mei 2023   19:02 Diperbarui: 12 Mei 2023   19:08 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

***

Aku lebih tua dari seharusnya.

Tetap saja, Gepetto membersihkan dan menyetelku. Dia mengubah jantungku ketika melambat dan berkarat, bahkan saat jantungnya sendiri mulai aus seiring bertambahnya usia. Aku ingat ketika rambutnya panjang, melengkung melewati matanya. Sekarang pendek dan tipis, seperti debu.

Kami berbeda. Aku mengerti itu. Kulitnya berbintik-bintik keriput; milikku kencang, dingin sempurna.

Aku bisa memperbaiki kulitnya, tapi dia tidak mengizinkanku. Dia memberitahuku bahwa itu bukan tugasku. Bahwa aku tidak diciptakan untuknya. Bahwa aku diciptakan untuk salah satu dari Mereka.

Tapi Gepetto membutuhkanku. Suatu hari dia akan mengerti itu.

Setelah Hari Belanja Nasional lainnya, yang tampaknya berlangsung lama, aku bertanya kepada Gepetto mengapa aku harus menari. Aku bertanya kepadanya mengapa Mereka membutuhkanku.

Dia menatapku untuk waktu yang lama sebelum menjawab.

Itulah cara Gepetto: menatap dan menunggu.

"Ketika mereka datang," katanya, "mereka datang karena mereka telah kehilangan sesuatu. Karena mereka berpikir bahwa salah satu dari kalian, di sini, dapat menggantikan apa yang telah diambil dunia dari mereka. Karena mereka pikir kalian dapat memperbaiki lebih dari sekadar tulang belulang, dan kulit."

"Kehilangan apa?" Aku bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun