Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Para Ksatria Mawar - 11. Nuri Mersik

28 Maret 2023   14:04 Diperbarui: 28 Maret 2023   23:17 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nuri Mersik tidak ingin mendengarkan. Baginya, bukan soal siapa yang benar atau siapa yang salah, itu soal hatinya sendiri. Waktunya telah tiba apa yang dia takuti sejak lama: dia dipaksa untuk memilih.

Dia melirik ksatria kuning. "Kamu pasti salah mengira orang."

Ksatria itu berkedip dan menggelengkan kepalanya, mengamati wajahnya lebih dekat. "Tetapi-"

"Wanita yang tinggal di sini sudah mati, tewas dalam wabah yang melanda desa ini pada musim dingin yang lalu. Sekarang tinggalkan kami. Kami tidak menginginkan perangmu di sini di Tapal Batas."

Saat menyebut wabah, kedua ksatria itu saling memandang, ekspresi mereka sangat berbeda. Ksatria oranye naik kembali ke atas kudanya dan mereka mengucapkan selamat siang, berangkat satu ke utara dan yang lain selatan, untuk bertempur tanpa Nuri Mersik.

Segera setelah itu, bunga mawar di taman kecil itu tumbuh liar, menutupi pondok dan pagar yang memisahkan Nuri Mersik dari pilihan yang tidak bisa dia ambil.

Kisah-kisah bertiup ke Tapal Batas tentang seorang ksatria aneka warna yang tidak melayani pasukan lebih dari satu pertempuran, dan itu hanya dalam pertempuran kecil- pertempuran kecil dan pertahanan, menjauh dari perang yang berlangsung selama berminggu-minggu dan bertahun-tahun.

Maka terjadilah perang, dan Nuri Mersik tidak ikut serta. Jika ada lebih banyak ksatria seperti itu, dengan loyalitas terbagi, perang mungkin tidak pernah terjadi.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun