Kami parkir dan pulpen serta dokumen berpindah tangan. Dia menunjukkan saya SIM dan KTP. Namanya Dewi. Tinggi 162 cm, 55 kg, tinggal di apartemen, dan dia memakai softlens.
"Apakah mata Anda minus? Saya juga," kata saya, membenarkan letak kacamata.
Dia melotot. "Sepertinya kamu butuh kacamata baru. Ini benar-benar salahmu."
"Ya, saya tahu."
Kemudian dia memberi saya nomor teleponnya. Dan saya memberinya punya saya.
"Saya akan menelepon Anda," kata saya saat dia berjalan kembali ke mobilnya.
Dia berbalik, matanya menyipit. Saya tersenyum dan melambai.
Dia masuk ke mobilnya dan keluar dari tempat parkir. Ban berdecit. Saya berpikir tentang 'Takdir dan Kecelakaan'. Saya berpikir ketika jodoh tidak datang, kamu merencanakan kecelakaan. Bagaimana sebagai pengemudi saya mengendalikan Takdir Cinta.
Dewi ... Dewi ... Dewi ...
Saya akan meneleponmu malam ini, mengirim bunga besok, dan suatu hari saya muncul di depan pintumu memohonmu untuk pergi kencan. Sekali saja. Sekali saja ... sekali saja ...
Minggu lalu Sinta di mobil Mazda Hatchback--saya menghancurkan lampu remnya tepat saat dia memutar-mutar sehelai rambut ke luar jendelanya. Sebelum itu--si pirang Jodie di BMW yang pintunya saya buat penyok. Dan sebelum itu--si cantik dengan rok mini di 4X4 yang sepatbor belakang saya bikin copot dan seterusnya dan seterusnya.