Beberapa menit berlalu sebelum Miko muncul dengan napas terengah-engah. Menghembuskan napas lega, Tiwi memeluknya dan bersandar nyaman di pelukannya.
Miko mengatur napasnya. Matanya yang hijau zamrud melotot di bawah rambut pirangnya yang acak-acakan.
Tiwi menatapnya sambil bertanya, "Seperti apa di bawah sana?"
"Gue Cuma bisa bilang ... wow! Airnya jernih banget. Gue udah lihat semuanya---semuanya! Ada ikan tropis, batu melengkung, hamparan karang yang menakjubkan, dan---"
Zaki tertawa. "Pelan-pelan, pelan-pelan. Lu ngomong kayak dikejar setan."
Tiwi senang melihat Miko begitu bersemangat, terutama karena cowok itu telah berhasil menemukan jalan keluar.
"Kedengarannya bagus."
Miko memamerkan senyum khasnya. "Bagus? Luar biasa! Ada warna di bawah sana yang bahkan belum pernah ditemukan oleh Crayola! Dan ada banyak jenis ikan yang belum pernah gue lihat sebelumnya dalam hidup gue."
Dia meremas tangan Tiwi dan menepuk bahu Zaki. "Let's go, guys. Gue sampai ke lubang dua menit. Ada kantong udara di tengah jalan kalau kalian membutuhkannya. "
Tiwi menggenggam tangannya erat. "Apa kamu yakin? Aku hanya bisa menahan nafasku sebentar. Bagaimana jika aku pingsan?"
Miko menyeringai. "Hmm. Kalau begitu, gue yang membawa lu ke dqarat dan ngasih CPR."