Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: VIII. Rencana (Part 2)

22 Oktober 2022   11:30 Diperbarui: 22 Oktober 2022   11:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Ada yang aneh dengan toko itu, tapi dia tidak bisa menjelaskannya. Dia mencoba untuk mengungkapkannya, tetapi dia tidak bisa. Bagai lelucon buruk beraroma busuk yang tak bisa lenyap dari alam bawah sadar hingga terbawa mimpi saat terjaga di siang hari.

Sesuatu menariknya ke toko itu. Dia pernah masuk sekali, dilayani oleh seorang gadis remaja dengan rambut warna-warni cerah dan mata bulat indah. Tetapi ada sesuatu di matanya yang mengganggu. Tangannya tak pernah keluar dari saku celana.

Semuanya dimulai dengan selembar kertas.

Tapi apa maksudnya itu? Apa maksud semua itu?

Pintu terbuka, dan Agung berdiri, kepalanya terangkat.

"Selamat pagi, Komandan," katanya kepada pria bertubuh gemuk berkacamata yang masuk. "Saya baru saja melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang ... kasus ini."

AKBP Jayus mendengus dan menggelengkan kepalanya, menaikkan kacamatanya yang melorot. "Agung ..." dia memulai.

"Komandan," dia memotong. "Saya hampir mendapatkannya. Saya bisa merasakannya. Saya bisa menuntaskan yang ini."

AKBP Jayus menutup pintu di belakangnya. Menutuonya dengan suara keras.

"Kamu terus-menerus membicarakan omong kosong ini, Agung. Saya telah cukup mengulur-ulur waktu untukmu. Waktu yang panjang dan lama. Yang sangat panjang dan sangat lama." Dia menatap Agung. "Dan apakah saya terlihat seperti orang yang suka mengulur waktu, Detektif?"

"Tidak, Pak," Agung menggelengkan kepalanya. "Tapi, itu tidak akan sia-sia, Pak, percayalah." Dia menuju ke papan tulis dan mengambil gambar dari dinding. "Bapak Lihat perempuan ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun