"Berkas-berkas?" dia bertanya.
Rano mengeluarkannya dari amplop dan menyerahkannya. Dia memeriksa berkas-berkas tersebut dan mengangguk-angguk. "Saya suka dengan hasil UN-mu. Cukup jelek. Ups!"
Rano menyembunyikan senyum atas pujiannya.
"Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah, Sosiologi, Geografi, Ekonomi. Semuanya memuaskan, di atas rata-rata nasional. Saya terkesan. Saya harap Anda akan terus melakukannya di sini, dan lulus cum laude tepat waktu," katanya.
Rano tersenyum merendah. "Saya akan mencoba yang terbaik."
Setelah registrasi selesai, Rano berjalan menuju ke halte bus dengan earphone menempel di telinga. Sayup-sayup terdengar namanya dipanggil. Dia menoleh dan melihat Anhar berdiri di bawah pohon.
Dia melambaikan tangan. "Hei, Anhar," katanya.
Dia berdiri, menunggu sahabatnya mendekat. Anhar berjalan dengan senyum cerah di wajahnya dan berpelukan, kemudian berjalan bersama. Langit gelap tertutup awan tebal dan sepertinya akan turun hujan.
"Apakah kita takkan kehujanan di sini?" Anhar bertanya.
"Mungkin."
Mereka semakin dekat dengan halte dan bergegas masuk. Duduk di ujung lainnya dua orang gadis, yang satu berkonsentrasi pada ponsel blackberry-nya sementara yang lain terus mengobrol.