Gadis itu kemudian tersipu malu karena tawanya bergema keras memantul di dinding aula.
"Berkas kamu sudah disusun sesuai urutan belum?" tanyanya sambil menunjuk pada petunjuk yang ditempel di dinding. "Itu dokumen apa saja yang diminta dan susunan urutannya dalam map."
Rano tersenyum. Dia mengeluarkan berkas-berkas dari map, menyebarkannya di atas kursi dan mulai mengaturnya satu demi satu. Gadis itu berjalan mendekat.
"Oh, namamu Valentino," katanya.
Pandangan gadis itu tertuju pada berkas-berkasnya. Rano ingin mengoreksinya tetapi gadis itu menyambung lagi, "Oh, Rano Valentino."
Meskipun Valentino merupakan nama belakangnya, pemberian Neneknya yang penggemar film klasik Hollywood, dia belum pernah dipanggil dengan nama itu sebelumnya.
Rano hanya mengangguk dan melanjutkan mengatur berkasnya. Setelah selesai, dia memasukkannya ke dalam amplop besar.
"Kau tidak menanyakan namaku?" tanya gadis itu.
"Oh, maafkan aku, namamu siapa?" jawab Rano.
"Aku Lola," jawabnya.
"Oh, Lola yang lain."