"Teman-teman? Bola basket?"
"Tidak. Tidak ketika aku punya catatanmu. "
Kamu tersenyum dan aku juga. Kita selalu belajar bersama karena catatanmu lebih lengkap daripada isi buku catatanku. Meskipun ingatanku lebih tajam.
Kita terdiam beberapa menit.
"Aku takut merindukanmu, Ghe."
Aku menghadapnya lagi dan berkedip.
"Takut merindukanku? Kenapa mesti merindukanku? Kita akan terus bersama seperti yang selalu kita lakukan."
Matamu yang penuh badai menjepitku dalam kegelapan, cahaya bulan menyinari kami.
"Dan kemudian kamu akan pergi ke perguruan tinggi. Bertemu orang-orang. Jatuh cinta. Lupakan satu sama lain."
Jantungku berdebar.
"Him, aku tidak akan pernah melupakanmu. Kamu adalah bagian dari diriku seperti halnya lengan dan kakiku."