Kita membentangkan tikar pandan dan berbaring telentang, melihat ke langit penuh kunag-kunang.
"Kamu menginginkan bintang," bisikku.
"Ya. Seharusnya besok hujan. AKu tidak yakin apakah akan malam ini takkan mendung."
"Tidak ada awan satu pun juga."
Kamu diam. Seperti menunggu jawaban atas pertanyaanmu. Aku tahu kamu tidak lupa. Aku hanya menunggu waktu yang tepat.
"Aku takut akan perubahan, Ghe."
Suaraku rendah dan serak. Kamu berguling ke samping untuk melihatku.
"Tidak semua perubahan itu buruk."
"Tidak." Aku menggelengkan kepalanya. "Perubahan bagus. Sangat bagus. Tapi perubahan juga menyakitkan."
"Apakah kamu mengkhawatirkan setelah kita tamat dan pergi kuliah?"
"Begitulah." Aku menelan dan itu kamu mengerti isyaratku bahwa perubahan lebih cepat dari yang kamu duga.