Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia dan Dia-Dia Lain

30 Maret 2022   07:07 Diperbarui: 30 Maret 2022   07:09 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenapa kamu masih tinggal di rumah itu? Kenapa kamu tidak pernah mendapatkan promosi itu? Apa yang terjadi dengan proyek ini? Mana novelmu? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Mengapa kamu begitu kecil? Mengapa tidak lebih? Mengapa tidak menjadi segalanya yang kita inginkan?

Setiap tahun, ada lebih dari mereka. Setiap tahun, dibutuhkan waktu lebih lama. Segera, dia tidak berpikir dia akan bisa menerima lagi, dan tantangan itu akhirnya akan membunuhnya.

Tapi tidak tahun ini. Tahun ini, dia berhasil sampai akhir, merki hampir tidak bernapas. Mereka semua berdiri mengurungnya dalam lingkaran. Semua dia. Mereka berdiri, dan mereka menendang, dan mereka menikam, dan mereka melempari batu. Tapi hati mereka tidak di bersamanya lagi. Mereka punya pendapat masing-masing.

Akhirnya, ketika dia tidak tahan lagi, dia mengatakan satu-satunya hal yang dia bisa untuk mengakhiri ini.

"Tolong. Aku akan memperbaikinya. Biarkan aku hidup, dan aku akan melakukan yang lebih baik."

Bayangannya mengangkat tangan, dan semua berhenti. "Aku tidak percaya padamu. Kamu selalu berbohong. Selalu. Katakan padaku mengapa aku harus memberimu kesempatan lagi."

Selalu sama setiap tahun.

"Karena aku telah mendapat pelajaranku. Karena aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Aku akan berhenti merokok. Aku akan makan yang bergizi. Aku akan kembali berolahraga. Aku akan mulai berdoa. Saya akan mulai lakukan lagi hal-hal baik. Aku akan menyelesaikan novel ini. Tolong, biarkan aku hidup, dan aku akan melakukan semuanya. Lihat saja nanti."

"Baiklah baiklah." Bayangannya menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya dengan suara mendesis. "Baiklah anak-anak, sudah cukup. Aku percaya padanya."

Dia-dia-dia berteriak kecewa, tetapi bayangannya mengabaikan mereka. "Aku bilang cukup!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun