"Sultan Andor, kurasa. Dia berada di balik sebagian besar kejahatan baru-baru ini di kota."
"Seandainya kita tahu alasannya."
"Semua akan terungkap!" Sebuah suara tinggi serak menggelegar.
Saras dan Sanjo sama-sama melonjak kaget. Sosok mengerikan muncul dibingkai oleh pintu ganda di ujung aula. Bulu-bulu yang tumbuh di leher, dan cahaya berkilauan dari paruh yang mematikan. Sayap terbentang dari tubuh ular yang merayap di lantai marmer.
"Tutup mata Anda," desis Saras.
Sanjo dengan cepat menurut. "Apa itu?"
"Nagayam. Di Eropa disebut cockatrice. Tubuh naga, kepala ayam jantan. Makhluk hidup melihat matanya berubah menjadi batu."
"Kurasa itu menjelaskan mengapa ada patung-patung di mana-mana."
"Jiwa yang malang." Suara Nagayam bergemeretak seperti ada batu di kerongkongannya. "Mereka makhluk astral yang menolak menerima penawaranku. Yang menolak menjadi bagian dari masa depan. Kalian bisa membuka mata kalian, tamu-tamuku. Aku tidak akan menyakiti kalian sampai kalian mendengarkan tawaranku."
Sanjo membuka mata, memastikan untuk tetap menatap cakar makhluk itu. "Kurasa kamu yang disebut Sultan?"
"Betul."