Mata Sanjo melebar. "Kalau begitu, kurasa aku tahu sisanya."
"Ketiga dari langkah pertama," kata Sanjo. "Batu loncatan pertama berwarna oraanye, orange. Huruf ketiga 'orange'Â adalah A. 'Belokan terbanyak, lalu paling sedikit' harus mengacu pada cara koin menggelinding waktu kamu melemparkannya ke jurang."
"Lima kanan, empat kiri," kata Saras. "R, lalu L. Pertama di kedua... batu loncatan kedua berwarna kuning, yellow. Y. Kalau diurut E-A-R-L-Y. Early. Terlambat."
"Say you are its opposite," Sanjo membaca puisi itu. "Kamu ingin melakukannya?"
Saras berseri-seri, lalu berbisik, "You're late."
"Betul," jawab sebuah suara. "Kamu terlambat."
Tanah runtuh di bawah kaki mereka, dan mereka jatuh ke dalam lubang hitam.
Bandung, 19 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H