Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mukjizat

19 Maret 2022   10:00 Diperbarui: 19 Maret 2022   10:10 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia memapahnya sampai ke kasur kecil yang menempati hampir separuh kamar. Kamarnya. Dia melambat di tengah jalan, terpincang-pincang, mengerang pelan dan membiarkan dirinya jatuh ke lantai.

"Ma," lagi, dan itu adalah rengekan yang menyedihkan, tangisan seorang anak minta tolong. Suaranya masih suara Mukjizat, tetapi, untuk pertama kalinya, dia bisa melihatnya sebagai putranya.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

Perlahan, dia berlutut di sampingnya. Sendinya nyeri. Seluruh hidup membungkuk, kembali ke lantai ketika semua yang dia ingin lakukan adalah bangun dan pergi. Hidupnya yang terbuang untuk menjaga pria yang menjaga kota mereka.

"Aku melihat mereka."

Tidak banyak lagi yang bisa dikatakan. Mata Udin masih kosong, tatapannya tidak mampu menetap pada satu fokus, tetapi tangannya mencari tangannya. Dan dia membiarkan tangan putranya menemukan tangannya, meremasnya dengan kekuatan yang tampaknya tidak pada tempatnya, bahkan pada manusia yang lebih kuat sekalipun.

Kekuatan yang goyah sedetik kemudian.

Terkejut, dia melihat lagi ke putranya. Lukanya sudah sembuh. Selalu. Yang tersisa hanyalah darah kering, tetapi kulitnya menjadi pucat, agak kekuningan, dan dia berkeringat dan mengerang tanpa sadar.

"Apa... Apa yang terjadi, Udin?" tanyanya lagi.

Dia tidak mengoreksinya. "Namaku Mukjizat," dia biasanya akan mengatakan, tapi kali ini dia tidak mengatakan apa-apa, hanya menjilat bibirnya sebelum kehilangan genggaman tangannya.

"Aku melihat mereka. Aku melihat Bayangan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun