Hidup sebagai penulis kok serius amat? Satu yang pasti tentang penulis fiksi: harus selalu bersenang-senang.
Menulis fiksi adalah bagaimana menarik perhatian pembaca.
Ada badut yang menyanyikan Lagu Happy Birthday. Imajinasi itu melintas di benakku dengan jelas dan membuatku khawatir. Aku berdiri di bawah hutan rimbun balon helium. Wajah putraku dicat warna-warni. Mungkin tadinya dimaksudkan sebagai Spider-Man. Tapi hasilnya jauh panggang dari api.
Apa yang dilakukan putraku? Putraku sangat menyukai pewarna makanan merah, membenamkan wajahnya ke kue ulang tahun dan membuka semua bungkus kado.
Apa aku sudah bilang kalau ini bukan pesta ulang tahunnya? Memang bukan. Aku tidak melakukan kontak mata. Aku tidak tahu anak siapa itu. Sebaliknya, senyumku paling cerah, senyum paling lebar dan aku mengobrol bersama mama-mama lain. Aku satu-satunya pria dalam acara gosip antar tetangga, karena istriku sedang masuk angin dan tidak bisa meninggalkan infotainmen yang menayangkan langsung acara lamaran pasangan artis.
"Kalian tahu, enggak? Robin udah bisa terjun dari lantai dua salto tiga kali dan mendarat di halaman belakang untuk acara yoga sekeluarga tepat jam lima pagi," Lena bercerita sambil menggoyang-goyangkan sederet gelang emas sehingga bergemerincing mengalahkan musik organ pengiring.
Perlu diingat, betapa berharganya perhiasan ini untuk meredam sorak sorai bocah yang salah satunya sudah pintar salto datri lantai dua ke halaman belakang untuk memimpin senam yoga. Whaaat?
"O, ya? Fanya sedang menerjemahkan Dresden Codex." Janetta berkali-kali menyesuaikan tali tas Hermes-nya. Aku berusaha keras untuk menahan senyumku.
"Bukannya sudah?" Pengetahuanku tentang Peradaban Mesir, Aztec, Mataram Kuno atau Klingon tak seberapa, tetapi setidaknya aku tahu tentang Maya Codice.
"Penerjemahnya ngawur. Fanya sudah merevisinya dengan terjemahan yang benar, mengubah sejarah bangsa Maya seperti yang kita ketahui dan sedang menunggu beasiswa dari UCLA." Dadanya benar-benar naik turun dengan bangga. Aku melongo.
"Bukankah dia masih di PAUD? Maksudku, universitas di Amerika kan, jauh?"
"Astaga, Bang! Makanya harus sering gaul sama kita. Abang belum merencanakan si Vlad nanti kuliah di mana?" Alize menoleh padaku, matanya membelalak tak percaya.
"Yah, kami membelikan celengan kodok di samping tempat tidurnya untuk menabung uang kembalian belanja. Tapi kami akan membiarkannya tumbuh dewasa dulu."
Aku gagal mengimbangi pembicaraan tingkat tinggi ini. Aku mulai berpikir untuk kabur dri tempat kejadian ulang tahun bocah.
"Anak Abang bisa apa?"
Kini semua mata tanpa berkedip tertuju padaku, menanti jawaban pasti.
Aku berpikir keras. Memang, anakku bisa minum nimnuman bersoda, lalu bersendawa dan kentut berkali-kali layaknya orkestra angin, tapi kami tidak ingin membanggakan hal itu.
Anakku baru saja hampir membakar rumah ini karena menjatuhkan lilin ulang tahun ke taplak meja. Dan aku tahu beberapa pembakar terkenal di luar negeri yang menjadi inspirasi serial televisi.
Akhirnya aku berhasil kabur ketika semua orang sibuk memadamkan api.
Aku tidak meyebut anakku Vlad the Burner tanpa alasan. AKu dan putraku membahas tentang bahaya kebakaran dan pentingnya menjaga keselamatan dalam perjalanan pulang, tapi pikiranku sebenarnya tertuju pada hal lain.
Membaca tulisan di atas kalian ngeri, enggak?
Selow, bro 'n sis.Â
Hidupku tidak semenyenangkan itu. Putriku (iya... putri) bukan maniak pengobar api, setidaknya belum. Kue dan kado mungkin benar mungkin tidak. Percakapannya juga agak berlebihan, meski Cuma sebagian kecil, seperti yang akan dikatakan oleh mama muda mana pun yang selamat dari pesta ulang tahun bocah.
Tapi apa guna aku menulis cerita seperti itu?
Intinya adalah, kehidupan nyata menyebalkan. Begitu menyebalkan sampai di televisi harus ada acara reality show yang nyata dibuat-buat.
Oh, ada yang tersinggung? Maaf. Tapi kita menilai realita terlalu tinggi.
Menulis apa yang kamu tahu itu hebat, tetapi demi Tuhan, buatlah tulisanmu menarik dan menghibur. Tidak ada yang peduli dengan pesta ulang tahun anak-anak yang biasa saja.
Jadi bagaimana kamu akan menarik perhatian pembaca?
Fiksi harus sedikit berlebihan. Lihat James Bond. Tidak ada yang benar-benar dapat bertahan hidup dalam situasi yang terus-terusan mengancam jiwa atau berkali-kali beradegan satu malam dengan banyak wanita.
Dan John Wick? Tidak ada yang bisa mengacaukannya berkali-kali. Orang-orang ini dengan situasi yang lebih heboh dari kenyataan dan kita mencintai mereka karenanya. Mereka menghibur, dan orang-orang itu adalah inti dari fiksi. Lupakan tentang kenyataan sebentar.
Kamu adalah seorang penulis fiksi. Selamat bersenang-senang!
Bandung, 1 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H