Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Penulis Fiksi Wajib Asik-Asik Aja

1 Maret 2022   20:58 Diperbarui: 1 Maret 2022   23:35 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup sebagai penulis kok serius amat? Satu yang pasti tentang penulis fiksi: harus selalu bersenang-senang.

Menulis fiksi adalah bagaimana menarik perhatian pembaca.

Ada badut yang menyanyikan Lagu Happy Birthday. Imajinasi itu melintas di benakku dengan jelas dan membuatku khawatir. Aku berdiri di bawah hutan rimbun balon helium. Wajah putraku dicat warna-warni. Mungkin tadinya dimaksudkan sebagai Spider-Man. Tapi hasilnya jauh panggang dari api.

Apa yang dilakukan putraku? Putraku sangat menyukai pewarna makanan merah, membenamkan wajahnya ke kue ulang tahun dan membuka semua bungkus kado.

Apa aku sudah bilang kalau ini bukan pesta ulang tahunnya? Memang bukan. Aku tidak melakukan kontak mata. Aku tidak tahu anak siapa itu. Sebaliknya, senyumku paling cerah, senyum paling lebar dan aku mengobrol bersama mama-mama lain. Aku satu-satunya pria dalam acara gosip antar tetangga, karena istriku sedang masuk angin dan tidak bisa meninggalkan infotainmen yang menayangkan langsung acara lamaran pasangan artis.

"Kalian tahu, enggak? Robin udah bisa terjun dari lantai dua salto tiga kali dan mendarat di halaman belakang untuk acara yoga sekeluarga tepat jam lima pagi," Lena bercerita sambil menggoyang-goyangkan sederet gelang emas sehingga bergemerincing mengalahkan musik organ pengiring.

Perlu diingat, betapa berharganya perhiasan ini untuk meredam sorak sorai bocah yang salah satunya sudah pintar salto datri lantai dua ke halaman belakang untuk memimpin senam yoga. Whaaat?

"O, ya? Fanya sedang menerjemahkan Dresden Codex." Janetta berkali-kali menyesuaikan tali tas Hermes-nya. Aku berusaha keras untuk menahan senyumku.

"Bukannya sudah?" Pengetahuanku tentang Peradaban Mesir, Aztec, Mataram Kuno atau Klingon tak seberapa, tetapi setidaknya aku tahu tentang Maya Codice.

"Penerjemahnya ngawur. Fanya sudah merevisinya dengan terjemahan yang benar, mengubah sejarah bangsa Maya seperti yang kita ketahui dan sedang menunggu beasiswa dari UCLA." Dadanya benar-benar naik turun dengan bangga. Aku melongo.

"Bukankah dia masih di PAUD? Maksudku, universitas di Amerika kan, jauh?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun