Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Filosofi Topi

4 Januari 2022   06:45 Diperbarui: 4 Januari 2022   07:13 3234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah mandi dan bercukur, dan mengenakan baju dan celana serta sepatunya, Mahiwal membuka pintu lorong dan mempersiapkan dirinya untuk membuat keputusan yang paling penting hari ini.

Apa yang harus dikenakan kepalanya?

Dia punya banyak pilihan. Lemari di ruang keluarga dipenuhi dengan rak-rak yang berjarak dekat, dirancang khusus dan dikerjakan oleh tangan Mahiwal sendiri. Isi rak itu adalah koleksi topinya, diatur dengan rapi dan diatur berdasarkan jenisnya.

Ada beberapa rak penuh dengan topi, topi bisbol dan klub sepak bola di atas topi pengemudi truk dan topi golf, dan di atasnya ada beberapa baris topi bertepi penuh ala koboi. di dekat bagian bawah lemari ada rak topi anyaman di samping beberapa topi baret, blangkon dan udeng.

Mahiwal menikmati berdiri di lorong untuk beberapa menit dan mengamati pengaturan topi-topinya yang rapi. Dia telah mengoleksi topi-topi itu selama tiga puluh dua tahun,  dan saat dia menatap rak-rak itu, dia bisa menghidupkan kembali bagian terbaik dari hidupnya.

Ada topi yang dibelinya di Singapura, ada yang dia beli di Air Terjun Niagara. Di atasnya ada yang topi bulu musang imitasi yang didapatnya dalam sesi tawar-menawar dengan susah payah di CFD Dago.

Di dekat bagian atas adalah topi koboi yang dia kenakan sepanjang musim kemarau saat berkebun tanaman herbal di sepetak tanah di Lembang. Di sebelahnya  kupluk rajutan berbagai nama gunung yang biasa dipakai penjaja villa di Puncak. Dulu selalu dia pakai saat berkemah liburan semester di universitas, mendaki gunung bersama teman-temannya.

Ada topi AFC Ajax yang dia beli di Amsterdam. Siapa nama gadis pramusaji yang mengatakan topi itu membuatnya terlihat seperti keturunan Ambon Belanda?

Di dekat bagian bawah ada topi berburu oleh-oleh ayahnya dari Rusia, dalam perjalanan menghadiri seminar pelestarian ekosistem rusa kutub suatu bulan November yang dingin di Leningrad.

Dan jauh di pojok adalah peci-peci hitam beledu yang dia beli setiap menjelang Lebaran. Kebanyakan hanya dipakainya sekali. Tapi, Lebaran memang hari yang istimewa.

Jadi, seperti apa suasana hatinya hari ini? Bagian mana dari kepribadiannya yang ingin dia tonjolkan?

Dia merasa perlu tampil sedikit berbeda. 

Bagaimana dengan topi Harley Davidson? Tidak, itu akan membuatnya terlihat terlalu macho.

Atau topi Discovery Channel. Tidak, terlalu intelektual.

Dia bisa saja memilih topi warna-warni dengan merk cat tembok. Apakah tidak terlalu nyentrik?

Mungkin dia harus mengenakan topi yang menyiratkan kepribadiannya yang kompleks, katakanlah topi pengemudi truk yang diputar ke samping dan sedikit ke belakang, gaya gangsta.

Atau dia bisa mengenakan topi kupluk wol bergaris-garis kuning dan hitam itu, membiarkan pucuknya berjulai ke samping. Orang-orang akan bingung menebak sisi senimannya.

Sungguh merupakan dilema, dan terpikir olehnya bukan untuk pertama kalinya, bahwa mungkin dia punya terlalu banyak pilihan. Mungkin dia harus sedikit mempersempit koleksinya agar membuat paginya lebih sederhana. Namun pada saat yang sama dia tahu bahwa dia tidak akan bisa melepaskan salah satu topinya. Tidak satu pun. Dia tidak punya album foto, dia tidak membeli suvenir, dia tidak menulis diary. Tidak. Mahiwal hanya punya topi.

Sebenarnya, dia pikir itu hal yang cukup bagus. Bagaimana dia mengobrak-abrik ingatannya setiap hari saat dia membuat pilihan tutup kepala. Itu membuatnya tetap membumi, mengingatkannya posisinya dalam hidup, berapa banyak yang telah dia capai.

Seiring berlalunya waktu, setiap topi menjadi sangat bermakna. Pengalaman yang tersimpan di dalamnya saat dipakai, dan itu mendapatkan posisi yang semakin kompleks dalam citra dirinya.

Dia mungkin memilih topi untuk memulai hari, tetapi seiring berjalannya waktu, pada akhirnya topilah yang mendefinisikannya.

Mahiwal menggelengkan kepalanya dan tersadar. Terlalu banyak filosofi untuk pagi ini.

Itu hanya topi, dan tepat pada saat ini dia sudah terlambat. Dia harus memilih satu.

Dia mengamati rak dan membuat keputusan. Mengulurkan tangan dan mengambil pilihannya untuk hari itu, memakainya, dan menuju pintu depan.

Saat dia melangkah keluar rumah, matahari pagi menyinari warna-warni cerah topi yang ketat menjepit kepalanya, dan baling-baling kecilnya mulai berputar ditiup angin.

tokopedia.com/bumbudapurfamily
tokopedia.com/bumbudapurfamily

Bandung, 4 Januari 2022

Sumber ilustrasi:

1. gq.com

2. tokopedia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun