Setelah mandi dan bercukur, dan mengenakan baju dan celana serta sepatunya, Mahiwal membuka pintu lorong dan mempersiapkan dirinya untuk membuat keputusan yang paling penting hari ini.
Apa yang harus dikenakan kepalanya?
Dia punya banyak pilihan. Lemari di ruang keluarga dipenuhi dengan rak-rak yang berjarak dekat, dirancang khusus dan dikerjakan oleh tangan Mahiwal sendiri. Isi rak itu adalah koleksi topinya, diatur dengan rapi dan diatur berdasarkan jenisnya.
Ada beberapa rak penuh dengan topi, topi bisbol dan klub sepak bola di atas topi pengemudi truk dan topi golf, dan di atasnya ada beberapa baris topi bertepi penuh ala koboi. di dekat bagian bawah lemari ada rak topi anyaman di samping beberapa topi baret, blangkon dan udeng.
Mahiwal menikmati berdiri di lorong untuk beberapa menit dan mengamati pengaturan topi-topinya yang rapi. Dia telah mengoleksi topi-topi itu selama tiga puluh dua tahun, Â dan saat dia menatap rak-rak itu, dia bisa menghidupkan kembali bagian terbaik dari hidupnya.
Ada topi yang dibelinya di Singapura, ada yang dia beli di Air Terjun Niagara. Di atasnya ada yang topi bulu musang imitasi yang didapatnya dalam sesi tawar-menawar dengan susah payah di CFD Dago.
Di dekat bagian atas adalah topi koboi yang dia kenakan sepanjang musim kemarau saat berkebun tanaman herbal di sepetak tanah di Lembang. Di sebelahnya  kupluk rajutan berbagai nama gunung yang biasa dipakai penjaja villa di Puncak. Dulu selalu dia pakai saat berkemah liburan semester di universitas, mendaki gunung bersama teman-temannya.
Ada topi AFC Ajax yang dia beli di Amsterdam. Siapa nama gadis pramusaji yang mengatakan topi itu membuatnya terlihat seperti keturunan Ambon Belanda?
Di dekat bagian bawah ada topi berburu oleh-oleh ayahnya dari Rusia, dalam perjalanan menghadiri seminar pelestarian ekosistem rusa kutub suatu bulan November yang dingin di Leningrad.
Dan jauh di pojok adalah peci-peci hitam beledu yang dia beli setiap menjelang Lebaran. Kebanyakan hanya dipakainya sekali. Tapi, Lebaran memang hari yang istimewa.