"Aku mempelajarinya."
Tawaku meluncur ke angkasa. "Kamu benar-benar kutu buku, Yvonne."
Tidak, aku tidak bermaksud mentertawaimu. Meskipun aku acapkali serius, tapi ini bukan hinaan. Tetap saja, pipimu semakin memerah, dan mungkin aku menikmatinya.
Kamu berguling meraih pointer laser-mu, menyembunyikan pipimu yang membara ke tanah.
Aku bergerak dan kakiku menggesek rerumputan, menimbulkan bunyi gemerisik pelan dan lembut.
"Lihat, mamaku bilang bintang-bintang bernyanyi. Begitulah cara kita mengikuti mereka."
Kamu tampak lega karena aku tak lagi melanjutkan bahasan tentang kekutubukuanmu. Kamu tertawa, meskipun seringaimu tak menyembunyikan muntahan potongan-potongan apa yang kamu telan tentang benda-benda langit. "Bintang tidak bernyanyi. Mereka adalah bola gas dan ... macam-macam lagi."
"Itu karena kamu tidak mendengarkan."
Rumput merintih saat aku berguling membalikkan tubuh semakin dekat ke arahmu. "Mama mengatakan lagu-lagu mereka dicurahkan melalui langit seperti hujan. Kita hanya harus memperhatikan dan mendengarnya."
Kamu menjadi penasaran, kan? Karena kamu memiringkan kepala, menajamkan pendengaran mengarahkan lubang telinga  ke langit. Aku tahu, bintang-bintang terdengar sangat mirip dengan dengung kering jangkrik dan kumbang, ditambah suara latar pikap diesel yang melintas di kejauhan.
"Bukan begitu caranya," kataku sambil tersenyum. "Sini."