Kirana menarik suaminya ke bawah pohon mahoni rindang, jauh dari Bu Darmi yang mencoba mendengarkan dengan telinganya yang yang masih tajam di usianya yang lebih dari tiga perempat abad.
Matahari yang tadinya bersinar garang ketika Kirana keluar mencari Zarpa kini tertutup awan mendung kelabu yang bergulung-gulung mengantar kegelapan.
***
"Mereka akan datang malam ini," bisiknya pelan, saat air matanya jatuh bersamaan dengan tetesan hujan.
"Sayang, kau benar-benar membuatku gugup. Siapa yang datang?" Giring memeluknya sambil menyeka air mata dari wajah istrinya dengan telapak tangan.
"Papeuting," bisik Kirana menatap mata suaminya yang melebar dan seringainya yang mengejek.
"Papeu... Apa? Kau harus berhenti nonton sinetron horor!"
"Aku serius!" Kirana menghentakkankan kaki dan menjauh dari pelukan suaminya.
"Baiklah ... baiklah," Giring mencoba menatapnya dengan serius sambil kembali memeluknya. Kirana menghargai usaha lelakinya itu, tetapi itu tidaklah cukup.
"Papeuting adalah hantu pendendam yang mampu berubah bentuk. Mereka berkeliaran di dunia untuk mencari musuh mereka, untuk mencabik-cabik dan memangsa jiwa manusia. Setiap kali Papeuting menelan korban jiwa, kekuatannya bertambah."
"Baiklah, aku percaya," ucap Giring sambil tertawa pelan.