Tidak ada.
Kirana merasakan bulu kuduknya berdiri tegak.
Bu Darmi yang berusia 78 tahun, pensiunan guru SMP dan tetangga paling ramah di komplek itu, bertanya, "Kirana Sayang, apa yang kamu cari?"
"Maaf," Kirana mengeluarkan gawainya dari saku daster. Dia membuka album foto dan menunjukkan sebuah gambar. "Apakah ibu ingat siapa yang membeli lampu yang serupa dengan gambar ini?"
Jerapah berleher panjang berwarna kuning dari akrilik dengan lampu di perut dan dagunya muncul di layar gawainya yang berpendar lemah di bawah mentari pagi.
"Oh ya. Tadi ada seorang pria ganteng yang membeli jerapah lucu itu, dan juga beberapa barang lainnya. Setelah itu dia pergi terburu-buru. Ibu belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia membeli tanpa menawar, lho."
"Oh." Kirana terhuyung-huyung dan nyaris jatuh.
 "Sayang, kamu mau saya ambilkan air minum hangat? Wajahmu pucat sekali! Kemarilah, duduk di kursi sebentar."
"Tidak, terima kasih. Aku akan baik-baik saja. Terima kasih, Bu Darmi." Zarpa telah hilang untuk selamanya.
Dia menoleh karena mendengar Giring memangilnya. Suaminya sedang bergegas menyeberang jalan.
"Ampun deh Kirana. Ada apa? Kan cuma lampu tidur. Kalau memang kamu enggak bisa tidur tanpa lampu, nanti kita beli lagi yang baru," kata suaminya sambil menggaruk janggut pendeknya yang belum dicukur.