Toko itu penuh dengan rak-rak yang memajang berbagai model kereta api. Di bagian belakang, dua pria duduk di kursi lipat sedang berdiskusi dengan serius. Ternyata tidak hanya majalah dan video dan komunitas, tetapi termasuk percakapan pagi hari di kursi lipat yang terbuat dari plastik dan besi.
Entah dari mana, tiba-tiba muncul pria ketiga. Dia mengenakan kaus oblong bergambar lokomotif uap dan bertanya apakah saya memiliki putra. Pertanyaan pribadi yang tidak pantas diajukan seorang pria dewasa kepada pria dewasa lain yang belum dikenalnya!
Saya mundur selangkah dan berbalik. Rak di depan saya terdapat model lokomotif kereta cepat berwarna biru merah dalam kotak oranye cerah. Segera saya tersadar bahwa dalam pikiran, saya sedang menyusun warna pelangi. Jiwa saya memberontak untuk kesekian kalinya.
Saya mulai berpikir lagi tentang rekan itu. Sungguh mencurigakan bahwa dia tahu banyak tentang tipe pria yang bermain dengan kereta api mainan. Begitu mencurigakan bagi saya, sehingga ketika suara peluit kereta berbunyi menandakan ada pelanggan lain masuk, saya sepenuhnya berharap bahwa ketika badan saya berbalik, saya akan melihat rekan saya itu mampir di Toko Hobi Khusus Kereta Api sebelum berangkat ke kantor.
Ternyata bukan dia, melainkan seorang wanita yang saya lihat berdiri di pintu masuk. Berambut kecoklatan, lebih muda dari saya, dan yang membuat saya menghembuskan napas lega, dia tidak mengenakan cincin di jarinya. Wanita paling menarik yang pernah saya lihat seumur hidup saya.
Dan saya melakukan kesalahan kedua hari itu.Â
Kesalahan pertama adalah kesalahan berbelok.
Di sinilah saya, bersama tiga pria dewasa yang bermain dengan kereta api mainan. Bagaimana saya bisa berharap wanita ini akan mengira saya berbeda dari mereka?
Saya harus melakukan sesuatu. Dorongan hati saya adalah membeli toko itu dan merobohkannya. Tapi tidak cukup waktu untuk itu.
"Penipu!" Saya berseru tanpa berpikir. "Dasar pembohong!"
Saya mengabaikan tatapan terkejut dari para pria yang bermain dengan kereta api mainan dan bergegas keluar dari toko sambil menarik lengan wanita itu. Dia tidak melakukan perlawanan berarti, tapi segera menggeliat melepaskan diri begitu kami sampai di luar. Saya lalu bertanya mengapa dia datang ke toko kereta api mainan. Kehadirannya di sana mungkin merupakan kesalahan, tetapi pasti ada hubungan sebab-akibat yang mempertemukan kami.