Satelit GPS adalah mempermudah semua itu. Anda dapat menentukan posisi Anda di puncak Himalaya atau di tengah Gurun Kalahari meski tak ada sinyal dari provider dengan menggunakan alat GPS.
Adapun tentang Google Map, harus dibedakan antara peta yang merupakan titik, garis, warna dan simbol dengan citra hasil penginderaan jauh. Google Earth dihasilkan oleh citra satelit dan foto dari drone. Peta adalah transformasi dari proyeksi koordinat.
Satelit Pemetaan (Mapping Satellite) seperti GeoEye milik Google mengorbit bumi dalam lintasan asyncronous belasan ribu kali dalam satu hari, mengambil gambar satu wilayah dari berbagai sudut. Gunanya adalah untuk menghasilkan citra trimatra rupa bumi. Dan jika Anda membuka Google Earth, dengan mudah dapat dilihat bahwa Kutub Selatan merupakan benua utuh, bukan tembok tinggi seperti klaim pengusung Flat Earth.
Â
Mengapa ada yang mempertahankan Teori Flat Earth?
Sederhana saja. Untuk mempertahankan ayat-ayat kitab suci yang ditafsirkan secara literal.
Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman! (Yesaya 40:22)
Jadi, menurut mereka, bumi HARUS berbentuk serupa koin.
Â
Penutup
Pemalsuan pengetahuan berdasarkan pandangan sempit dalam mengartikan ayat-ayat suci sudah terjadi sejak dulu. Galileo dipaksa untuk bertobat dan mengaku dosa karena pendapatnya tentang sistem tata surya.