PM
(getuk, eh…getun) Oke, oke. Sekarang yang terakhir, 'Merindu Tanpa Malu'. Kalau yang ini paten punya, Juri Yang Mulia.
Terinspirasi puisi mbak Riris yang cantik, dari buku yang baru terbit. Ceritanya puitis, melankolis, dramatis, mistis—
JM
 Gagal total.
PM
(getun tingkat dewa) Hadoooh! Gagalnya di mana, JURI YANG MUUULIAAA?
JM
(kalem) Puisi yang menginspirasi aslinya tentang rindu menjadi yang begitu dalam, indah. Lha, sama lu yang rindu kok arwah? Udah arwahnya datang jauh-jauh dari dasar Laut Utara, ditolak pula!
Lu baca nggak, komentar orang-orang? Cuma satu—atau dua pembaca—yang mengerti kalau yang datang adalah arwah penasaran. Berarti ‘pesan’ cerita lu nggak menjangkau semua pembaca. Atau pembaca tidak baca sama sekali, tapi komentar karena kasihan.
Sudah. Nanti kita bahas karya-karya lu minggu-minggu berikutnya. Kasih kesempatan penonton untuk buang hadas atau membeli minuman yang dijual sponsor di booth sebelah pentas. Nanti ada doorprize berhadiah gawai rakitan lokal, kan? Makanya penonton jangan pulang sebelum sandiwara kenthir ini berakhir.
(PM bangkit dari kursi dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, dan melangkah turun dari panggung. JM menghilang dari cermin.)
Â
LIGHT OFF
Â