JM
 Karena lu udah…(jari telunjuk menggores dahi)
Tapi okelah. Daripada lu manyun, ayo kita bahas karya-karya lu. Minggu pertama ada empat, kan?
PM
 Betul sekaleeeh!
JM
 Jangan kidding! Gue lagi serius, neh!
PM
(pura-pura batuk) Uhuk.
(melihat layar gawai Android buatan Cina keluaran tahun kodok) Baik, Juri Yang Mulia. Karya-karya saya di minggu pertama, flash fiction dua ratus kata terinspirasi puisi adalah: Penjaja Doa; Pada Pemakaman Seorang Penyair; Hina Matsuri; dan Merindu Tanpa Malu.
JM
 Kita mulai dengan ‘Penjaja Doa’.
Jelek.
PM
 Lho?
JM
 Lu menghina masterpiece Chairil Anwar yang begitu relijius menjadi cerita nggak mutu! Lihat aja, pasti ada orang yang nganggap lu nggak kekinian karena terinspirasinya dari pujangga yang sudah tiada! Mengapa nggak terinspirasi puisi penyair yang masih hidup? Yang puisi-puisinya jadi Headline, misalnya.Â
Lagian, apa maksud lu jualan doa? Kalo emang ada pembeli, nggak ada salahnya orang yang jual. Supply and demand, broooh! Hukum dagang!