Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Drama

Menilai Karya Sendiri, Mungkinkah? (Babak I)

30 Maret 2016   20:51 Diperbarui: 1 April 2016   19:24 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PM
(lesu) Oke, oke. Jadi nggak layak dinilai. Kalau yang lainnya?

(JM memberi kode dengan tangan mengisyaratkan haus. PM menuangkan air dari teko ke cangkir, atau membuka botol plastik air mineral sambil menyebutkan pesan sponsor. Mereka berdua minum bareng.)

JM
(mengelap bibir dengan tangan) Aaah! Dari tadi ngomong melulu. Nggak ada sponsor cemilan, ya?

Karya kedua yang berjudul ‘Pada Pemakaman Seorang Penyair’? Lumayan. Udah. Gitu aja.

PM
(kesal) Mosok cuma ‘gitu aja’, Juri Yang Mulia?

 JM
 Lu terinspirasi sama puisi bule. Lu kirain semua orang ngarti? Lha, yang idenya nemu dari Chairil Anwar aja kagak dianggap, apalagi dari puisi yang bahasanya susah dimengerti. Gue bilang lumayan karena gue salut sama si penyair yang bisa dapet dua wanita dengan karya puisi gombal.

Eh, lu bisa ngarang puisi yang bikin cewek klepek=klepek, kagak?

PM
(pura-pura tak mendengar pertanyaan JM) Kalau yang ketiga, Juri Yang Mulia? Layak juara, kan?

JM
Hina Matsuri? Narsis! Mengeksploitasi anak!

PM
(naik pitam) Lho, justru itu karya jujur dan kekinian, Juri Yang Mulia! Puisiku jujur tentang rindu sama anakku. Momennya pas dengan perayaan anak perempuan, meskipun perayaannya orang Jepang. Gambar ilustrasi dari update BBM anakku, syair lagu ciptaanku, yang rindu ingin duet dengan ayahnya, aku!

JM
 Makanya gue bilang narsis. Triple narsis, malah. Rindu itu nggak usah pamer. Sombong….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun