(2)
mengigau namamu, selamanya
seperti lantunan mantra magis
jauhlah dariku, pindah kota,
jangan jadikan taruhan iblis
pergilah jauh, jangan kembali
biar ku lupa, kau pernah ada.
air mata yang turun di pipi?
satu sapuan, mengering sirna
ah, masih adakah yang menitik?
biar, tertutup rambut menjulai
melambai, dalam dada tercabik
tadi setitik, menganak sungai
masih terus mengalir, membanjir,
bayangmu tak pudar: ada, hadir.
(3)
bayangmu tak pudar: ada, hadir
penuhi relung, mengisi ruang
kau bawa daku ke titik nadir,
racau namamu berulang-ulang
o, kau buat segala merana!
tidur gelisah makanpun susah,
antara tidurku dan terjaga-
ku sebut namamu—bisik desah.
memandang kaki langit, langkahmu
berhembus angin barat, terpana—
senja yang turun di hutan bambu
kau mainkan suling ocarina.
maka ku tulis stanza berbaris
soneta lama: puisi liris
(4)