Mohon tunggu...
Awang Setiawan
Awang Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Prof. Dr. Apollo Daito, SE., M.Si., Ak Nama : Awang Setiawan NIM : 46119010169

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2, Diskursus Gaya Kepemimpinan Catur Murti RMP Sastrokartono pada Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia

12 November 2023   10:44 Diperbarui: 12 November 2023   10:44 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem tanam paksa adalah kebijakan pertanian yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-19.
Para petani diwajibkan menanam tanaman tertentu (seperti nila atau kopi) yang kemudian dijual oleh pemerintah Belanda. Sistem ini menciptakan peluang besar untuk korupsi, karena pejabat-pejabat pemerintah yang terlibat dalam distribusi dan penjualan tanaman bisa memanfaatkan posisi mereka untuk keuntungan pribadi.
Pemungutan Pajak dan Beban Ekonomi:

Pemungutan pajak oleh pemerintah kolonial terkadang dilakukan dengan cara yang merugikan masyarakat pribumi.
Beberapa pejabat pajak atau pemungut cukai mungkin menyalahgunakan kewenangan mereka dengan cara memperbesar jumlah yang harus dibayar atau mengalihkan sebagian pembayaran untuk keuntungan pribadi mereka.
Penyalahgunaan Wewenang dan Diskriminasi:

Pejabat kolonial memiliki kekuasaan besar dan sering kali menggunakan wewenang mereka dengan sewenang-wenang.
Penyalahgunaan wewenang dapat mencakup penyalahgunaan kekuasaan hukum, administratif, dan politik untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Eksploitasi Buruh:

Pada sektor pertambangan dan perkebunan, pekerja pribumi sering kali dieksploitasi secara ekstensif.
Gaji rendah, kondisi kerja yang buruk, dan ketidaksetaraan dalam hak-hak buruh menjadi dampak dari sistem eksploitasi ini.
Korupsi di Tingkat Lokal:

Selain korupsi oleh pejabat kolonial, ada juga kasus korupsi di tingkat lokal di antara para kepala desa atau pemimpin lokal yang berkolaborasi dengan pemerintah kolonial.
Praktik-praktik korupsi ini menjadi salah satu aspek yang menyumbang pada ketidakpuasan dan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial. Meskipun ada elemen-elemen korupsi, resistensi terhadap penjajahan Belanda juga melibatkan perlawanan atas aspek-aspek eksploitatif lainnya.

Gaya Kepemimpinan Catur Murti R.M. Sosrokartono dalam Upaya Pencegahan Korupsi di Indonesia: Sebuah Eksplorasi Mendalam

Gaya kepemimpinan merupakan pilar utama dalam membentuk dan mengarahkan suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, tantangan pencegahan korupsi memerlukan pemimpin yang tidak hanya efektif dalam manajemen, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan etika. Tulisan ini menggali lebih dalam tentang kontribusi Gaya Kepemimpinan Catur Murti R.M. Sosrokartono, seorang budayawan dan tokoh spiritual terkemuka, dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia.

Gaya Kepemimpinan Sosrokartono dan Konsep Catur Murti:

Sosrokartono memperkenalkan konsep Catur Murti, yang terdiri dari kebijaksanaan, keadilan, kasih sayang, dan keberanian. Gaya kepemimpinan beliau terbentuk dari fondasi nilai-nilai ini, menciptakan kerangka kerja yang holistik dan berkelanjutan untuk memandu sebuah negara. Gaya kepemimpinan yang dipengaruhi oleh Catur Murti mempromosikan integrasi nilai-nilai budaya ke dalam kebijakan dan tindakan pemimpin.

Pentingnya Gaya Kepemimpinan dalam Pencegahan Korupsi:

Korupsi telah menjadi penyakit kronis dalam sejarah pemerintahan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Gaya kepemimpinan Sosrokartono menyoroti pentingnya kebijakan dan langkah-langkah pencegahan korupsi yang bukan hanya bersifat teknis, tetapi juga didorong oleh etika dan moralitas. Pemimpin yang terinspirasi oleh Catur Murti berupaya menciptakan budaya organisasi yang bersih, di mana nilai-nilai tersebut menjadi panduan utama dalam pengambilan keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun