Mohon tunggu...
Yoga Anastio
Yoga Anastio Mohon Tunggu... -

Semoga Impian Yang Sudah Lama dinantikan akan menjadi kenyataan.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Selamat Pagi, Korupsi, Selamat Gempor Koruptor

20 Januari 2011   05:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Selamat pagi korupsi? Waaaaaaaaaah ini kalimat paling di benci dan bisa orang jadi sensasi karena melakukan aksi seperti ini. Yaitu korupsi. Ko sensasi? Maaf iseng aja dari keluarga besar ini, dari satu anaknya selalu mengejek pada teman sekolahnya dengan kalimat ini, " sensasi" lu itu. Tapi arti baginya begini seneng sarapan sisa lu itu. Maklum anak gedean yang merasa sok paling kaya dan menganggap orang-orang di sekelilingnya kecil dan rendah tak punya nyali.

Kata korupsi apa orangnya yang dibenci dan patut di maki??? Ya kalau ga ada yang melakukan korupsi, kata yang tadi ini yang selalu jadi sisi perhatian hati setiap insani, ya sudah jelas pada pelakunya ini kita membenci bukan pada kata korupsi.

Tiba-tiba anak kecil berumur 5(lima) tahun memberikan persoalan pada ayah, ibunya serta 3 (tiga) kakaknya yang lagi sarapan pagi.

"Papahhhhhhhhhhhhhhh??? Tapi malah mamihnya yang menjawab pertanyaan Syanti, anak TK ini.

" Ada apa nak Mami? Dengan suara lembut ini sang istri malik bertanya pada Syanti si manis buah hati yang benar-benar tidak mengerti arti hidup yang sedang mereka jalani.

" Mami apasih korupsi? Dengan polos dan suci tanpa beban di hati Syanti memulai beraksi pada PR yang jadi beban pikiran hatinya dari teman-teman sekolah kemarin waktu masih pagi.

Emang Syanti selalu mendapat olok-olok dari teman-temnnya hai papahmu itu korupsi,korupsi,korupsi. Mak'lum anak-anak masih berbau terasi asal saja bicara isi hati apa yang nampak di mata dan yang singgah di hati. Lalu olok-olok ini yang sedang jadi singgungan nyata pada papi Syanti. Mestinya bilang koruptor ya ga kan pelaku korupsi, tapi anak-anak ini masih kecil asl nyeplos saja bicara sesuka hati.

Merah padam bagai api menerpa muka pak Doldi ahli korupsi. Keluarganya ga tahu sama sekali apa yang pak Doldi lakukan

yang kekayaannya membungbung tinggi padahal dia hanya seorang pejabat tinggi yang punya gaji mestinya hanya habis untuk kehidupannya sehari-hari yang serba mewah dan bergengsi.

Tapi malah kekayaannya sungguh di luar dugaan, di setiap daerah pesisi punya usaha dari para petani. Di kota-kota memiliki mobil taxi dengan jumlah tinggi. Masih banyak lagi kekayaan-kekayaan lainnya yang tak bisa di hitung dengan jari.

Sementara di sisi lain masih banyak lagi rakyat mengeluh, menangis, menjerit setiap hari hanya untuk mencari sesuap nasi.

Bung Rhoma dengan aksi lagunya begini " Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin". Ini sepenggal kalimat nyanyian yang selalu hinggap di hati karena mudah di kaji dan bukti yang sedang meraja lela di negeri tercinta ini.

Kembali pada pertanyaan Syanti seakan membuka malu papi dan mami yang tahu persis apa arti pertanyaan anaknya tadi.

" Sudahlah anak mami yang manis ini, kitakan lagi sarapan pagi entar papi yang jawab sambil mengantar sekolah di mobil mewahmu nanti, " dengan suara lemah lembut maminya menuntaskan pertanyaan Syanti yang masih jadi unek-unek di hati si kecil ini.

Syanti tidak mengetahuinya jika papinya ahli kurupsi sebagai koruptor kelas tinggi.

Isrtinya engga bego ko, masa istri pejabat bego? Pasti tahu apa yang sedang di lakukan sang suami. Dia bisa menghitung jumlah  kekayaan yang harus dimiliki dari jumlah gaji yang harus diterima dan dikurangi lagi pengeluaran kebutuhan keluarga sehari-hari.

Apalagi masih mempunya anak yang lagi kuliah di luar negeri? Wah bearti ini sudah berkarat di besi menjalani korupsi?

Bayangin aja punya anak kuliah di luar negeri dengan biaya sendiri, rumah mewah bahkan serba tak akan bisa terjangkau oleh orang-orang biasa, menengah, kaya asli untuk memiliki model rumah ini yang bagai istana bagi sang putra-putri idman hati. Pokoknya jangan mau deh membayangkan betapa mewahnya rumah, dan betapa serba mordenisasi semua isi rumah ini. Alat-alat elektronik dari alat pembersih lantai, kamar mandi, mesin pencuci, dapur. Apalagi dengan berpuluh-puluh mobil bergengsi, tivi berlayar tipis yang besarnya kaya layar di studio film, laptop di setiap sudut. Sudah deh masih banyak lagi alat-alat serba mewah sebagai isi rumah papi ini.

Terus engga ketinggalan istrinya banyak lagi.  Apa istri benaran entah istri beli? Wah ngawer ini orang berpikir selalu negatip pada manusia kaya raya ini!

" Haiiiiiii, haiiiiiiiiiiiiiiii, haiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"

Aku tersentak dengan teriakan sahabatku ini. Kalimat yang ia lontarkan begitu memekik ditelingaku ini . Mulut dengan bibirnya yang manyun itu tepat di pasang di telingaku yang kiri. Aku benci. Aku marah pada Didi. Padahal dia sahabat sejati. Suka dan duka selalu di bagi. Seperti pada pagi ini. Didi sedang bercerita padaku ini. Ternyata mulut dia nyerocos  sejak tadi, malah aku tertidur yang di kira oleh Didi aku ini pendengar sejati.

Aku spontan minta maaf pada Didi. Padahal ceritanya sungguh bearti. Tentang korupsi. Tapi aku tak tahu pasti apa yang Didi paparkan berupa pengalam hidupnya, atau hanya dari membaca di koran, majlah tentang berita pagi. Didi hanya anak petani kecil di sebuah desa yang masih berbau tradisi.

Tanpa basa-basi aku membaut sameri.

Begini Didi jika kita hidup di dunia ini harus benar-benar tahu harga diri. Apalagi sudah beranak istri. Tentunya jangan lupa menjaga kekuatan Iman dan Taqwa di hati. Juga tanamkan pada anak-anak dan istri.

Pokoknya jangan sampai memiliki harta benda ini, dan menghidupi keluarga dan relasi hasil korupsi.

Didi kita hidup bakal mati. Semua kekayaan ini tidak akan bersama pergi dengan kematian nanti. Kecuali ada tiga perkara yang harus kita pahami, dan hayati saat kita mati nanti.

Satu : Amal perbuatan yang baik semanjak kita hidup di bumi.

Dua  : Ilmu yang berguna yang kita pelajari dan memberi.

Tiga : Anak yang soleh/ah kekasih Illahi.

Akhirnya Didi sebagai orang desa walau sudah berumah tangga hanya bisa mangguk dan tersenyum berseri.

Didipun membalas memberi kesimpulan dari ceritanya ini pada sisi kalimat sensasi di atas tadi yang memiliki arti senang sarapan sisa ini.

" Wah kalau gitu benar deh para koruptor seneng sarapan sisa???"

" Apa maksudmu itu tadi? Aku malah jadi terbawa bego bicara ama Didi. Pertanyaan yang baru saja Didi lontarkan membuat hatiku terus mencari arti.

Didi sambil tertawa terbahak-bahak sepertinya mencomoohkan aku karena belum mengerti.

" Ha,,,ha,,,ha,,,ha,,,ha,,,ha,,,ha,,, anak koruptor tadi dalam ceritanya suka mencemoohkan teman-temannya yang di anggap bodoh, miskin, dan rendah tak berati dengan kalimat sensasi. Padahal mami dan papi bahkan anak-anknya yang SENSASI.

Mereka senang makan sisa, ya sisa  keringat para rakyat kecil-kecil yang di anggap rendah. Bukankah uang hasil korupsi semestinya datang dari rakyat dan milik rakyat lagi.

Aku termenung. Benar juga nih Didi.

Wah terimakasih Didi ceritamu," Selamat Pagi Korupsi, Selamat Gempor Kuruptor.

Mudah-mudahan saja para kuruptor pada gempor sono sebelum matimu!!!

Gempor = gak bisa jalan, jalannya merayap kaya binatang melata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun