Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Kematian di Hotel Mentari

16 Juli 2024   13:12 Diperbarui: 16 Juli 2024   13:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba Di Hotel

Hotel Mentari berdiri megah di ujung jalan berbatu yang sepi, terletak di tepi kota kecil yang penuh dengan sejarah dan misteri. Bangunan berusia seratus tahun itu dikenal dengan arsitektur klasik dan suasana yang kental dengan nuansa masa lalu. Terkenal karena keindahannya, hotel ini juga dikenal karena kisah-kisah aneh yang mengelilinginya.

Sore itu, cuaca dingin menyelimuti kota, menandakan bahwa musim dingin sudah dekat. Saya sebagai seorang penulis novel misteri, memutuskan untuk menginap di Hotel Mentari untuk mencari inspirasi untuk se buah buku baru. Saya merasa tertarik dengan reputasi hotel yang penuh misteri dan berharap bisa menemukan sesuatu yang menarik di sana.

Sesampainya di hotel, Saya disambut oleh resepsionis bernama Akmal, seorang pria paruh baya dengan mata yang tampak terlalu tajam untuk hanya sekadar bekerja di meja resepsionis.

"Selamat datang di Hotel Mentari. Nama saya Akmal. Bagaimana saya bisa membantu Anda malam ini?" tanya Akmal dengan senyum ramah, meskipun ada sesuatu dalam tatapannya yang terasa seperti menyimpan rahasia.

"Halo, saya Elvi. Saya sudah memesan kamar untuk malam ini," jawab saya sambil menyerahkan kartu identitasnya.

Akmal memeriksa daftar di mejanya dan menyerahkan kunci kamar kepada Saya. "Kamar Anda di lantai tiga, kamar 121. Jika Anda membutuhkan bantuan apa pun, jangan ragu untuk menghubungi saya."

Saya menerima kunci itu dan naik ke kamar. Saat melangkah menuju lift, saya tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang menyelinap ke dalam diri, seolah ada sesuatu yang tidak beres di hotel ini.

Kamar yang Penuh Misteri

Kamar 121 tampak seperti sebuah ruang dari masa lalu. Dengan perabotan antik dan wallpaper bergambar bunga yang memudar, kamar itu menyimpan keindahan yang sudah lama terlupakan. Saya meletakkan tasnya di atas meja dan mulai mengeksplorasi kamar tersebut.

Di salah satu sudut kamar, Saya menemukan sebuah foto tua di dalam bingkai kayu. Foto itu menunjukkan sekelompok orang yang berdiri di depan hotel, tersenyum ke arah kamera. Saya memperhatikan bahwa salah satu orang dalam foto itu mengenakan pakaian dari awal abad ke-20, dengan gaya yang sangat kuno. Di bawah foto, terdapat sebuah tulisan kecil yang hampir tidak terbaca: "Kenangan dari tahun 1903".

Sambil memeriksa foto tersebut, Saya merasakan udara di dalam kamar semakin dingin. Saya memutuskan untuk duduk di kursi dekat jendela dan mulai menulis catatan, berusaha mengabaikan rasa dingin yang meresap ke dalam tulang.

Tak lama kemudian, Saya mendengar suara langkah kaki di luar kamar. Saya terkejut, karena hotel ini sepi dan tidak ada tamu lain yang saya lihat sejak kedatangan saya tadi. Saya membuka pintu kamar dan melihat ke lorong, tetapi tidak ada orang di sana. Hanya lampu yang berkelip-kelip dan suasana sepi yang mengisi koridor hotel.

Jejak yang Tidak Terlihat

Malam semakin larut, dan Saya memutuskan untuk tidur. Namun, tidur yang nyenyak tidak kunjung datang. Saya terjaga beberapa kali karena rasa dingin yang menyelimuti tubuh dan suara aneh dari luar kamar. Suara itu terdengar seperti bisikan lembut yang tidak bisa dimengerti.

Pagi hari berikutnya, Saya merasa letih dan memutuskan untuk menjelajahi hotel. Saya turun ke lobi dan melihat Akmal sedang duduk di meja resepsionis.

"Selamat pagi, Elvi. Bagaimana tidur Anda semalam?" tanya Akmal dengan senyum yang sama, tetapi Saya merasa ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya.

"Selamat pagi. Tidur saya agak terganggu, sepertinya ada suara-suara aneh semalam," jawab Saya, mencoba untuk tidak terlalu menunjukkan kekhawatiran.

Akmal mengangguk pelan. "Hotel ini memang sudah lama berdiri. Terkadang, suara-suara dari masa lalu bisa menembus dinding-dindingnya."

Saya merasa penjelasan Akmal agak membingungkan. Saya memutuskan untuk mengabaikannya dan bertanya lebih lanjut tentang hotel. "Bisa ceritakan lebih banyak tentang sejarah hotel ini? Saya penasaran dengan kisah-kisah di baliknya."

Akmal memandang Saya dengan mata yang penuh makna. "Hotel ini dibangun pada tahun 1900 oleh seorang pengusaha kaya bernama Benjamin. Namun, tidak lama setelah itu, dia menghilang secara misterius. Banyak orang mengatakan bahwa hotel ini berhantu sejak saat itu."

Saya merasa tertarik dengan cerita tersebut. "Ada orang lain yang hilang di sini, atau hanya Benjamin?"

Akmal menggelengkan kepala. "Ada beberapa kasus orang hilang atau meninggal di sini dalam beberapa dekade terakhir, tetapi yang paling terkenal adalah hilangnya Benjamin. Banyak orang percaya bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang gelap."

Dengan informasi itu, Saya melanjutkan penjelajahannya di hotel. Saya menemukan beberapa area yang tampak terabaikan, seperti lorong-lorong yang dipenuhi debu dan ruangan-ruangan yang tidak digunakan lagi.

Penemuan yang Mengerikan

Salah satu ruangan yang menarik perhatian Saya adalah ruang bawah tanah hotel. Pintu menuju ruang bawah tanah tersembunyi di balik rak buku tua di koridor. Setelah membuka pintu tersebut, Saya menuruni tangga yang gelap dan lembab.

Di ruang bawah tanah, Saya menemukan berbagai barang antik, seperti perabotan tua dan dokumen yang sudah pudar. Di salah satu sudut ruangan, Saya melihat sebuah peti kayu yang tertutup rapat. Dengan rasa penasaran, ia membuka peti itu dan menemukan sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang usang.

Buku itu tampaknya adalah jurnal lama. Saya membuka halaman-halaman buku tersebut dan membaca tulisan tangan yang tidak teratur. Tulisan itu menceritakan tentang eksperimen-eksperimen gelap yang dilakukan oleh Benjamin. Ada banyak catatan tentang ritual kuno dan upaya untuk menghubungi dunia lain.

Salah satu halaman terakhir dari jurnal tersebut mencatat tentang sebuah ritual yang dilakukan pada malam bulan purnama, dengan tujuan membuka portal ke dimensi lain. Halaman itu berisi diagram rumit dan tulisan yang memperingatkan tentang konsekuensi dari ritual tersebut.

Saya merasa ketegangan di dadanya meningkat. Ia menyadari bahwa malam ini adalah malam bulan purnama, dan ritual itu dijadwalkan berlangsung pada malam hari.

Ritual yang Tidak Terjadi

Malam hari tiba dengan bulan purnama bersinar di langit. Saya merasa tidak bisa tidur dan memutuskan untuk mengunjungi ruang bawah tanah lagi, ingin memastikan semua informasi yang saya temukan di jurnal.

Saat saya memasuki ruang bawah tanah, Saya melihat bahwa semua benda di ruangan itu tampak sama seperti sebelumnya. Namun, sesuatu yang aneh terjadi suara berbisik mulai terdengar lagi, lebih keras dari sebelumnya. Saya mengikuti suara itu menuju ke salah satu sudut ruangan, di mana saya menemukan sebuah lingkaran simbol-simbol kuno yang dilukis di lantai.

Lingkaran itu tampaknya sudah lama ditinggalkan, tetapi Saya merasakan energi misterius yang mengalir di dalamnya. Saya melihat ke sekeliling dan menemukan sebuah alat ritual yang tampak seperti digunakan dalam upacara.

Dengan rasa takut, Saya mencoba memahami lebih lanjut tentang ritual tersebut. Saya membaca halaman-halaman terakhir dari jurnal dan menyadari bahwa ritual itu tidak hanya melibatkan pengorbanan fisik tetapi juga memerlukan konsentrasi dan pengendalian energi yang sangat kuat.

Saat saya sedang mempelajari simbol-simbol tersebut, Saya merasakan kehadiran yang sangat kuat dari arah belakang. Saya berbalik dan melihat Akmal berdiri di pintu ruang bawah tanah, wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya.

"Elvi, Anda sebaiknya tidak berada di sini. Ritual ini bukanlah sesuatu yang bisa Anda mainkan," kata Akmal dengan nada peringatan.

Saya merasa ketakutan dan bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apa tujuan dari ritual ini?"

Akmal menghela napas panjang. "Benjamin melakukan ritual ini untuk mencari kekuatan yang tidak seharusnya dia miliki. Akibatnya, dia mengundang roh-roh gelap yang mengganggu hotel ini selama bertahun-tahun. Saya sudah lama mencoba untuk mencegah ritual ini terulang kembali."

Kebenaran yang Terungkap

Akmal menjelaskan bahwa ia adalah keturunan dari keluarga yang menjaga hotel ini sejak lama, berusaha untuk memastikan bahwa tidak ada yang mencoba melanjutkan ritual gelap yang dulu dilakukan oleh Benjamin. Dia tahu bahwa malam bulan purnama adalah waktu di mana kekuatan ritual tersebut bisa bangkit kembali.

Saya merasa terkejut mendengar cerita tersebut. "Jika Anda tahu tentang ritual ini, mengapa Anda tidak memberitahu orang-orang tentang bahaya hotel ini?"

Akmal menatap Saya dengan tatapan yang penuh keputusasaan. "Ada banyak hal yang tidak bisa saya ceritakan. Saya hanya bisa menjaga agar ritual ini tidak diulang dan melindungi mereka yang tidak tahu tentang bahaya ini."

Saya merasa sedikit lega mengetahui bahwa Akmal adalah orang yang baik dan berusaha melindungi orang lain. Ia memutuskan untuk membantu Akmal menghentikan potensi terjadinya ritual itu.

Dengan bantuan Akmal, Saya membersihkan simbol-simbol dari lantai dan menghancurkan alat-alat ritual yang tersisa. Kami bekerja bersama hingga larut malam, memastikan bahwa tidak ada yang bisa mengaktifkan ritual tersebut lagi.

Akhir dari Misteri

Pagi hari berikutnya, Saya dan Akmal keluar dari ruang bawah tanah dengan perasaan lega. Saya merasa bahwa malam itu telah mengubah hidupnya. Saya berterima kasih kepada Akmal atas bantuannya dan menyadari bahwa kisah ini akan menjadi bagian penting dari buku yang akan saya tulis.

"Saya berterima kasih atas bantuan Anda malam ini," kata Saya dengan tulus. "Saya akan memastikan bahwa cerita ini akan membantu orang lain memahami bahaya yang tersembunyi di balik legenda ini."

Akmal tersenyum kecil. "Terima kasih, Elvi. Saya hanya berharap bahwa Anda bisa membawa kedamaian untuk hotel ini melalui tulisan Anda."

Saya meninggalkan Hotel Mentari dengan rasa puas. Saya tahu bahwa apa yang saya temukan di sana bukan hanya sebuah cerita misteri, tetapi juga sebuah pelajaran tentang bagaimana masa lalu dapat mempengaruhi masa depan. Hotel Mentari tetap berdiri megah di ujung jalan berbatu, menjadi saksi bisu dari sebuah kisah yang akan selalu dikenang.

Penulis : Awaluddin, S. Pd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun