"Ya sudah tunggu sebentar lagi aku antarkan kau ke polisi."
"Kenapa Rojak kau habisi, Sup?"
"Ia menuduhku ambil pisangnya, padahal tidak, ya, aku bunuh saja." Jawabnya polos.
Lurah Nandar tak habis pikir. Masalah kecil harus berakhir dengan pembunuhan.
Setelah kau menyerah ke polisi tak ada lagi kabarmu bertahun-tahun. Apa yang telah kau lakukan orang tak lagi memperbincangkannya. Anak keturunan Kang Rojak sudah tak lagi mempermasalahkannya. Istri Kang Rojak bahkan telah menikah lagi dengan saudagar beras yang lebih baik perangainya dari Kang Rojak. Begitu juga anak-anaknya telah tumbuh kembang dengan baik dan penuh kebahagiaan bersama bapak barunya.
Dihari menjelang idul fitri. Kampung telah menjadi ramai. Banyak warga kampung yang telah bekerja dikotapun mudik. Berbaur kembali dengan suasana yang ceria dan canda, tawa dikampung Soko. Hampir semua seisi kampung pun terkejut kehadiran Sup yang telah berubah menjadi seorang pemuda yang matang. Ia telah berubah ketika aku lihat beberapa tahun yang lalu ketika dia menyerahkan diri pada polisi. Kini, ia terlihat tenang meski mulai pandai berbicara dan bercerita. Banyak ia bercerita tentang kisah-kisahnya selama dalam penjara. Mulai dari membunuh pimpinannya dipenjara sehingga masa tahanannya ditambah lagi tujuh tahun dan diungsikan ke LP Nusakambangan. Ada lagi kisah yang paling mengesankan yaitu keahlianmu dalam bermain catur, sungguh kau tak lagi seperti Sup yang dulu sebagai anak gembala sapi di H. Abdul. Kau begitu menguasai dalam bermain catur. Bahkan kau sering juara dalam bermain catur dalam penjara. Penampilan caturmu seperti Gary Kasparov. Ya, sepertinya jiwamu bertemu dengan jiwa Gary Kasparov selama dalam penjara. Kini, aku lebih suka menyebutmu Supyan Kasparov daripada nama pendek Sup.
Baru beberapa hari saja dirumah sudah banyak jago-jago catur diseluruh kampung Soko dan sekitarnya kau bantai. Tak terkecuali pecatur-pecatur kabupaten tak luput dari gaya mainmu seperti Sup Kasparov. Semua orang menjadi heran bakatmu yang menggila itu, catur. Ternyata selama dipenjara kau diwarisi oleh teman se-sel mu yang akan dihukum mati berupa bidak catur perak mini seukuran kalkulator sekolah, kau utak-atik bertahun-tahun hingga kau menemukan rumus cara mematikan langkah dalam bermain catur.
Lebih gila lagi menjelang bulan Agustus, sebagai bulan kemerdekaan Republik Indonesia, kau membuat kontes terheboh. Berpuluh-puluh pemain catur melawanmu seorang dengan hadiah yang memukau. Kulkas, sepeda onthel, tas, sepatu, sandal, rokok, bahkan hadiah uang. Modalnya darimana? Ternyata ada para pemodal yang telah membiayaimu demi taruhan yang besar-besaran ini. Luar biasa keahlianmu telah juga dieksploitasi oleh para penjudi. Mereka duduk memanjang dengan menghadapi bidak caturnya sendiri-sendiri, kurang lebih seratus pecatur, dan kau dengan santai memulai start dari awal lalu berikutnya sampai tuntas, tak ada yang bisa mengalahkanmu. Dari seratus pecatur hanya satu yang seri atau remis, lainnya tak berkutik. Benar-benar Sup Kasparov.
Namamu kembali melambung seperti artis. Terkenal sebagai manusia yang mempunyai keahlian catur super hebat. Apa yang kau lakukan dengan kehebatanmu. Ternyata penyakit dari penjara tak bisa hilang seutuhnya. Hobimu minum arak semakin menghebat. Apa ini salah satu akibat dari ketenaran? Banyak orang-orang yang menasehatimu tentang kebiasaan buruk itu, jawabmu juga sungguh aneh. "Dari arak ini aku menemukan cara bertahan yang baik dalam bermain catur." Meski semua orang tak paham tentang ungkapanmu itu. Yang hanya mereka tahu bahwa kau dengan arak hanya akan membuatmu celaka. Buktinya kau sebagai orang yang berani, pemain catur hebat, mati karena jatuh dari sepeda onthelmu ketika akan pulang ke rumah akibat mabuk arak. Sepeda onthelmu yang kau tunggangi nyungsep ke sungai dan kau yang dalam keadaan mabuk berat ikut nyungsep ke sungai dengan posisi kepalamu menancap ke lumpur. Ketika tubuhmu diangkat oleh orang-orang, mulutmu telah terkoyak-koyak dimakan hewan yuyu[3]. Oh, Sup telah berpulang dengan sebutan terakhir Sup Kasparov. Dan bidak catur mini perakmu juga ikut lenyap entah kemana? Tak ada yang tahu. Dan kau mati seperti diskak oleh kuda hingga nyungsep.