Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Sup Kasparov

28 Oktober 2017   09:33 Diperbarui: 28 Oktober 2017   09:44 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sumpah Kang, aku tak pernah mengambilnya." Sekali lagi Sup membantah dengan mengaduh karena kepalanya ditempeleng sambil berusaha bangkit.

"Biangsat, kau ya, kecil-kecil sudah pandai berbohong." Gertak Kang Rojak.

"Pergiiii." Bentaknya sekali lagi.

Tak ada alasan lain, iapun pergi dengan luka hati yang mendalam. Lalu menjadi dendam.

Ia pun mulai berpikiran jahat. Karena kecewa dalam hatinya telah bercampur dengan amarah dendam. Beberapa hari ia selalu mempelajari kebiasaan-kebiasaan Kang Rojak mulai warung kopi tempat ia mangkal, tempat duduknya, gaya bercandanya, dan tentu saja anak keturunan dan keluarganya. Bahkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk yang sering dilakukan kepada banyak orang tak luput dari pengawasannya. Kang Rojak memang sungguh keterlaluan. Ia menjadi jagoan dikampungnya karena telah terdengar kabar bahwa ia sedang mencuri kayu di hutan pernah ia dikepung dirumahnya oleh beberapa polisi yang mengejarnya. Ia kabur lalu ditembak namun tembakannya hanya mengenai betisnya dan iapun berhasil lolos dan pergi bertahun-tahun tidak pulang hingga kasusnya pun ditutup. Ketika kembali ia pun menguasai kampungnya. Banyak orang segan kepadanya karena bedil polisi pun tak mempan menembus tubuhnya. Hanya kena kakinya, itupun ia masih bisa berjalan seperti biasa. Tak terlihat seperti pernah ditembak oleh polisi, masih tetap kuat dan tegar. Banyak orang berpikiran ia punya ilmu kebal.

Kemarahan Sup semakin menjadi-jadi hingga membuncah. Ketika Kang Rojak menyebar berita itu pada semua orang. Diwarung, dipasar, bahkan di mana-mana.  Semua orang hanya diam tidak menanggapinya karena apalah arti setandan pisang. Dan itupun belum tentu benar kejadiannya, Sup telah berkata jujur di warung Yu Minten bahwa ia tidak mengambilnya hanya akan mengambil burung betet yang kebetulan bertengger dipohon pisang milik Kang Rojak.

"Aku dituduh ambil pisang Kang Rojak, uh, ngawur itu!" Katanya di warung Yu Minten sambil nyruput kopi suatu malam.

"Berani lo Sup kamu sama Kang Rojak?" Tanya temannya.

"Berani, Kang, aku tidak bersalah."

"Terus hanya berani saja, mau kau apakan? Percuma kau lawan dia, kecuali...." Temannya menimpali lagi.

"Kecuali apa kang?" Teman satunya lagi penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun