Lalu Bagaimana?
Rencana ini tentu saja berjalan secara satu pihak. Trump bahkan tidak pernah bernegosiasi bersama Abbas, karena Abbas juga tidak mau. Bagi Abbas, rencana perdamaian yang dibuat Amerika selalu menguntungkan Israel.
Bisa kita lihat sendiri bahwa Palestina akan kehilangan sebagian besar kawasan strategisnya dengan iming-iming masyarakat Palestina akan bebas bergerak ke manapun dan menjadi lebih sejahtera.
Memang, wilayah Palestina ini akan menjadi stabil, bersatu saling terhubung, dan memiliki perbatasan yang jelas. Apalagi akan banyak investor yang datang karena bantuan Milyaran US Dollar yang tidak sedikit itu.
Namun bagi Palestina: Apalah Palestina tanpa Yerusalem, dan apalah Yerusalem tanpa Al Aqsa.
Menyetujui rencana yang dibuat Trump bagai menghilangkan Palestina dari ideologi dasarnya. Tapi bagi Israel, inilah momen mereka untuk hidup berdamai dengan tetangganya.
Dalam Proposal Middle East Peace Plan ini, Israel sudah berbaik hati menyerahkan sebagian Yudea dan Samaria (yang kita kenal sekarang sebagai West Bank) untuk Palestina.
Momen inilah yang mereka tunggu selama 2000 tahun untuk menguasai Yerusalem kembali, Setelah Yahudi terusir dari tanah kelahirannya.
Yerusalem sebagai Ibu Kota yang tidak terbagi sebagaimana yang selalu mereka lantunkan dalam lagu kebangsaan, Hatikvah:
"Menjadi bangsa yang bebas di tanah kita sendiri, Tanah Zion dan Yerusalem"
Israel juga akan memberikan lahan yang cukup luas di sebelah Gaza untuk kebutuhan industri, pengembangan teknologi, dan pertanian untuk Palestina agar tidak bergantung impor dari negara lain.
Dari sini, Israel mengalahkan ego, mengakui Palestina yang sebagai negara yang berdaulat. Karena secara psikologis dan historis Yahudi, Seharusnya semua adalah milik Yahudi Israel.
Israel dengan secara lapang dada berusaha menerapkan Two State Solution dalam konflik yang telah lama berlangsung.
Sampai Netanyahu bilang: Inilah momen bersejarah yang terbesar pada abad ini!
----------