Mohon tunggu...
Aulia yunianti Putri
Aulia yunianti Putri Mohon Tunggu... Relawan - mahasiswa

jangan lupa follow ig a@auliaaaa.yp dan subcribe,like,comment channel youtube aku ( aulia yunianti putri )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Memilihmu

24 Januari 2020   07:45 Diperbarui: 24 Januari 2020   07:45 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memilihmu 

Kala itu..

Tatapanya terpaku pada air yang jatuh dari langit. Entah apa yamg menguasai dirinya kini. Rindu dan kenangan. Mungkin itulah yang membuatnya terpaku. Ia rindu menatap rintik yang jatuh dari langit bersama seorang wanita yang ia cintai.Kini pikiraku menjelajah masa lalu. Menembus ruang dan waktu. Dicarinya momen momen yang menyenangkan bersama wanita itu. 

Menatap indahnya Bandung, mengejar kabut di Tebing keraton, bermain bersama bunga bunga yang indah di Lembang, makan pempek tanpa kuah tiap hari, menyapa semua orang di jalan, teriak ketakutan saat ngebut di jalan Pangalengan, menjemput senja di Dago pakar. Ah aku sedang rindu.

Namun, aku sadar, aku bukanlah rumah untuknya lagi. Aku sadar, aku bukanlah kebahagiaan wanita itu lagi. Aku sadar, aku tidak sepintar dan sebaik orang yang mungkin wanita itu cinta. Aku sadar, aku tidak pernah selalu ada untuknya. Aku sadar, aku hanyalah tempat persinggahan kala wanita itu sedih. Tapi, pria itu tetap percaya walau berulang kali dikhianati. 

Pria itu tetap percaya bahwa harapan yang wanita itu akan  diwujudkan. Entah berapa banyak orang yang melemahkanya, aku memilih tuli, aku memilih buta. Aku tidak peduli perkataan orang orang yang berusaha melemahkanya. Aku hanya yakin, hati tidak pernah salah. Aku hanya yakin, wanita itu akan memegang janjinya dan kembali pada peluknya.

Aku tahu, banyak sekali di luar sana hati yang bisa saja menjadi pilihan lain. Namun, sulit sekali rasanya membuka hati untuk orang lain. Sulit sekali rasanya untuk percaya kepada orang lain. 

Sulit sekali rasanya untuk kembali degupan bahagia. Aku takut, seseorang yang aku percaya nanti hanya akan menambah luka di hatinya.Untuk itu aku memilih wanita yang sedang betah berada dipikiranya. Walau wanita itu berulang kali megkhianati perasaanya.

Aku memilihnya atas semua resiko yang aku akan hadapi nanti. Aku memilihnya karna atas dasar apa saja. Baginya, memilihnya selalu dapat memulihkan. Wanita itu adalah obat segala nyeri di sudut hati. 

Walau kadang tidak jarang menjadi sebab mata bergenang air.Barangkali, itulah mengapa sebab ada orang yang bertahan bertahun-tahun. Mengapa ada orang yang betah, meski tak lagi dibutuhkan.

Mengapa ada orang yang sangat keras, meski hatinya berkali kali dihancurkan. Mengapa ada orang yang tetap ingin menetap, meski tak lagi ditatap.Sebab, terkadang cinta lebih kuat dari apapun.

Aku bertahan dan tak pernah mau pergi, meski aku tidak bisa memiliki. Aku akan tetap ingin menjadi ada di matamu, bahkan pada seseorang yang telah menganggapnya aku telah tiada.

Akhirnya aku  memilih untuk pergi karena aku sadar aku sudah tidak dibutuhkan kembali. Mencari seseorang yang dapat menghargai perasaanku. Hingga satu tahun berlalu aku tak pernah bertemu dengan wanita yang aku pernah cintai itu. Aku pergi untuk menghapus kenangan yang ada di memory otakku. Mencari pengganti agar lebih cepat melupakan.

Tak di sangka aku bertemu dengan wanita itu tidak sengaja. Kami berdua bertemu di trek tanjakan cinta. Konon katanya trek ini lah yang sering para pendaki ingen  lewati. Walaupun mereka bertemu akan tepapi, mereka berpura pura tidak mengenali satu sama lain. Kami bersikap acuh dan cuek. Entah itu lupa karena bertahun tahun tidak bertemu. Entah itu malu karena sudah lama tidam bertemu. Aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran mereka.

Sulit baginya jika harus mengingat kembali kenangan manis bersamanya,pertemuan yang tak di sengaja yang membuat ingatan kembali saat bersamanya. Sesal dalam pada diri yang tak menyapa dia tapi tak bisa berbuat apa apa,marah kecewa dan bahagia tercampur aduk pada saat itu tak bisa di gambarkan betapa rumitnya perasaanku padamu. Semua beranggapan setiap hal itu ada pasangannya dan masalah akan ada solusinya ini hanya soal waktu.

 Seiring dengan kecepatan waktu ku bisa berbincang denganmu setelah pertemuan tak sengaja di trek tanjakan cinta,rasa canggung ketika ku mulai percakapan menanyakan kabarmu lalu kau jawab baik- baik saja setelah itu hening melanda mereka dia yang sibuk dengan telepon genggamnya mengabaikanku yang sedang berperang dengan pikiranku sendiri.

Aku tak tau apalah arti dari pertemuaan ini kau sibuk sendiri tak peduli dengan kehadiranku di hadapanmu ini. Sangat disayangkan semua yang kulakukan aku selalu memilihmu tak pernah terlintas di pikiranku untuk tidak memilihmu namun saat ini aku mungkin bisa saja menghilangkan hal itu dari pikiranku tapi tidak dengan hatiku, ku disini bersama bayangmu teringat rasa berbagi kesenangan dan kesedihan.

Semuanya telah berubah kenangan manis yang kubuat denganmu kini muali tergantikan dengan rasa kekecewaan yang mendalam pada dirimu sehingga menenggelamkan  kenangan manis yang selalu mengingatkan ku akan memilihmu.

Sebelah rumahku wantia itu .

Hingga suatu ketika ayah pria itu di pindah dinaskan oleh kantornya ke daerah yogyakarta. Pria itu sangat ambisius untuk cepat cepat pergi ke rumah barunya.

"Yah...kapan kita pindah rumah ke yogyakrta" tanya pria pada sang ayah

"Mungkin minggu depan" jawabnya

"Ohh.. Begitu kenapa tidak lusa saja ?" saut pria itu

"Karena ayah harus mengurus berkas berkas yang ayah belum bereskan " saut ayahnya juga

Aku sempat kecewa mengapa harus minggu depan. Padahal yang ada pada pikiranya jika pindah lebih cepat. Kemungkinan besar ia melupakan wanita itu pun memiliki peluang yang besar.

Tepat pukul 3pm aku dan keluargaku  sampai di rumah baru. Menghirup udara segar yogyakarta. Tanpa banyak polusi. Terhindari dari kemacetan. Melihat peswahan yang luas dan hijau. Menatap Indahnya langit yang berwarna biru seperti laut. Seperti terlahir kembali raganya.

Keesokanya aku mendaftar pada kampus baruku dengan  masuk jurusan sastra puisi. Sama sepeti hobyku yang senang membuat puisi dan cerita . Ketika hari pertamnya masuk kuliah. Tidak ada jam mata kuliah. Aku bergegas untuk pergi ke taman. Menenangkan hati dan membuat sebuah puisi.

Tolong

Kepada pagi yang tenang.

Tolong bantu aku merelakan.

Sebab, sejak semalam.

Rinduku belum padam.

Sedang dia tak jua pulang.

jika saja aku harus melepaskan, mudahkan aku.

Dan jangan bawa dia lagi padaku.

Lagi lagi puisi yang aku  buat ini tertuju pada wanita itu. Pikiranya mengingatkan kan kembali akan kenangan bersamanya. Ia berfikir mengapa ia selalu gagal untuk melupakan wanita itu. Padahal ia tahu wanita itu sudah mengkhianatinya. Hatinya tak pernah bisa berpaling. 

Walau kenyataanya ada wanita yang menyukainya. Tapi, ia tak meresponya sama sekali. Uajrnya takut menyakiti hatinya. Karena itu aku  sadar aku belum bisa melupakan wanita yang pernah menetap di hatinya. Aku kembali sadar, bahwa barusan aku sedang terbawa ke masa lalu ku.

Kurang lebih 5 bulan aku tinggal di yogyakrta. Aku pulang kuliah pukul 9am. Karena cuma satu matakuliah yang aku ikuti. Terasa aneh ketika dari jarak jauh rumahku ramai orang datangi. Ternyata itu bukanlah rumahku melainkan tetangga baruku. Aku masuk rumah dan beriatiraht sejenak. Ketika aku sedang berkumpul dengan ayab,ibu, dan adiku.

"Yang disebelah itu tetangga baru yah ?" mengawali pembicaraan

"Iya kak katanya sih.. Dari bandung " adiknya menjawab

"Hm.. Sama ya seperti kita "

"Iya betul" jawab ibunya

Aku terbangun tengah malam. Untuk melaksanakan sholat tahajud. Namun dari jendela kamarku terlihat seperti ada seorang perempuan di rumah itu. Mirip seperti kekasihku dulu. "Arrrghh apaan sih aku ini masih memikirkan dia " berkata dalam hati. Selesai aku sholat aku mrncoba mengerjakan tugasku yang harus di selesaikan. Tapi tak bisa fokus pada tugasku. 

Aku semakin penaaaran dengan wanita itu siapa dia sebenernya apakah benar dia mantan kekasihku di bandung yang sulit aku lupakan. Pikiran itu terus menghantui ku. Malam ini, pikiranya kembali menjelajah ke masa lalu. Entah apa tujuanya. Mungkin rindu melihat senyum seseorang atau tatapan teduh matanya.

Tak disangka aku melihat ke sekeliling ku. Siapa tau ada yang bisa diajak ngobrol. Ternyata tidak ada siapa siapa yang aku kenal. Tapi, aku melihat perempuan yang selalu senyum. Dia duduk beberapa meja dariku. Dan sedang membaca sesuatu. Waktu itu aku mengkategorikan dia sebagai orang yang belum aku kenal karna belum pernah kenalan secara resmi.

Aku menghampiri dia karna aku bosan tidak ada orang yang aku bisa ajak ngobrol.

"Hai" Sapaku.

Dia menyimpan bukunya dan membenarkan letak kacamatanya lalu menoleh ke arahku.

"Eh. Hai juga" Dia tersenyum padaku. Dan itu senyum yang sama ketika aku membantunya.

"Kita belum pernah kenalan. Tapi aku sudah tau nama kamu"

"Ha ha ha. Keren" Dia tertawa karna mungkin sudah tau aku tadi ada di gedung fakultas kedokteran dan melihatnya memperkenalkan diri.

"Risya Yunita. Bener kan?"

"Iya. Aku sudah tau nama kamu"

"Aku juga tau sendiri. Jadi, gak usah dikasih tau"

"Ih. Andhika Pratama kan? Pake H?"

"Bener. Salam kenal yah"

"Iya. Salam kenal juga...." "Eh. Aku duluan yah. Kayanya udah lumayan reda hujanya"

"Iya. Aku doain"

"Doain apa?"

"Biar gak basah"

"Ha ha ha"

Perempuan itu memasukan buku dan kacamatanya ke dalam tas.

"Duluan yah"

"Iya. Hati-hati"

    Waktu itu. Aku mulai suka pada sifatnya yang asik dan gak pilih pilih. Dan dia baik.

Selesai jam mata kuliahku aku pergi ke taman. Mengapa dia kembali. Apakah dia ingin menyakiti hatiku kembali. Ataukan ini yang dinamakan cinta. Apakah ini taldir tuhan bahwa aku memeang harus memilih dia sebagai pendampingku. 

Ahhh itu semua hanyalah mimpi pastinya. Tak mungkin ia ingat denganku setelah bertahun tahun aku mencoba melupakan dan meninggalkanya. Itu hal mustahil. Kali kedua ia menulis sebuah puisi lagi

Andai aku mampu

Menjadi langit yang kau lihat sepanjang hari. Di setiap tatapan, matamu meneduhkanku.

Andai aku mampu,

Menjadi fajar yang membuatmu terkagum. Di setiap syukurmu, aku bahagia.

Andai aku mampu,

Menjadi senja yang menari. Di setiap senyumu, aku rela mati untuk setiap pertunjukan itu.

Kau adalah korelasi semesta yang terhapus dari benang benang aksara. Dan aku hanyalah pengelana yang rela tersesat demi mendapatkanmu.

Andai saja aku mampu kasih. Menjadi matahari dan bintang di waktu yang sama. Andai saja aku mampu kasih. Menjadi obat dari segala luka.

Tapi, siapakah aku ini. Hanya seseorang yang begitu memujamu. Yang siap rela menjadi seseorang yang menangkapmu ketika kau jatuh. Kasih, andaikan aku mampu. Menjadi sajak sajak yang indah yang terurai dari berbagai essai. Andaikan.

 Tapi, siapakah aku ini. Hanya seorang pengelana yang terjebak dalam lembah hatimu. Yang rela dipeluk dingin dan sepi oleh kabut nestapa.

Kasih, cinta memang adalah hal hal yang dapat membuat segala sesuatunya menjadi tabu. Semoga kau dapat menerima apa yang telah digariskan. Semoga  pula aku mampu,menjadi seseorang yang tulus kau cintai.

Andai saja kau dapat kembali. Menutup semua luka  yang telah kau goreskan di hati ini. Membuat cerita baru dan berkelana lebih jauh. Mencari momen-momen yang mungkin orang tidak bisa dapatkan. Hanya aku dan kau yang memiliki. Seperti dunia ini hanya miliki kita berdua. Dihatiku aku memilihmu untuk mentap dihatiku.

Terlimtas dalam hati dan pikiran ku semua masih tentangmu dan perempuan yang kulihat di balik jendala malam itu,pikir ku itu hanya bayang mu ku coba memastikan bahwa itu hanya bayangmu. 

Pagi ini ku duduk di teras rumahku menunggu seseorang yang keluar dari samping1 rumahku, sudah 1 jam dia menunggu duduk di teras di temani secangkir coklat panas dengan taburan masmellow yang sesalu kau berikan saat aku berkunjung ke rumah mu selalu saja setiap hariku berkaitan dengan mu.

Tak lama setelah itu seseorang keluar dari rumah yang ada di sebelah rumahku. Ternyata yang keluar adalah wanita paruh baya yang sangat aku kenal dan di belakangnya seorang wanita yang sangat aku takutkan untuk bertemu dengannya Dia adalah mantan kekasihku dan Ibunya.

Mereka belum menyadari kehadiranku saat itu namun saat mereka melewati pagar rumahku yang pendek mereka melihatku yang duduk di teras sembari melihat ke arah mereka, takut dan bahagia saat manik coklat itu bertabrakan dengan manik hitamku sorot mata terkejut dan senang dengan hitungan detik dia memutuskan kontak mata tersebut. Tersadar akan hal itu aku mendengar wanita paruh baya ini mengatakan sesuatu      

"Eh,rupa rupa kita bertemu orang yang tidak asing" sapa Ibu dari wanita itu

"Iya tante, apa kabar" jawabnya singkat dengan tatapan yang tak lepas dari wanita itu.

"Alhamdulillah baik nak,kapan pindah ke sini?"

"Baru kemarin tante ikut ayah pindah Dinasnya" jawabnya yang belum terlepas tatapannya pada wanita itu

Lalu wanita itu berbisik pada ibunya,mungkin dia ingin pergi cepat cepat agar tidak membahas tentang mereka yang dulu,ternyata benar saja lalu wanita paruh baya itu bilang bahwa mereka buru buru jadi tidak bisa mengobrol lama,dan mereka pun pergi dengan melajukan mobil yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Peremuan yang tak di sengaja

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan

Perpisahan yang tak diinginkan

Tapi akan terjadi lagi pertemuan

Yang mungkin berlalu akan terulang

Kembalilah

Selamat malam gadis ber-mata coklat. Apakah senyum masih menghiasi bibir manismu? Apakah mata itu masih ber-binar seperti dulu?

Gadis ber-mata coklat. Aku kini sedang menikmati segelas kopi di sebuah kedai yang selalu kita datangi di akhir pekan. Aku selalu teringat jika berada di kedai ini saat bersamamu. Kita selalu duduk di dekat jendela,karena kau selalu ingin melihat hujan. 

"Hujan selalu membawa kenangan seseorang" katamu. Kau duduk di depan-ku dan memesan teh hangat dan kue coklat lalu aku berada di sebrang-mu memperhatikan mata dan senyum khas-mu. Namun,kini semua berbeda. Di depan-ku hanya ada jendela tanpa ada dirimu di kursi itu. Memang benar apa katamu. Saat ini Bandung sedang diguyur hujan. Kenangan bersamamu kembali berdatangan dengan siluet wajahmu yang selalu menjadi cameo.

Gadis ber-mata coklat. Aku sedang merindukan-mu saat ini. Kopi ini selalu menggodaku untuk cepat menghabiskanya dan cepat pergi dari kedai ini. Namun,aku selalu senang jika duduk di kedai ini,merindukan-mu dan melihat-mu sebagai imajinasi yang takkan pernah kembali pada pelukan ini.

Gadis ber-mata coklat. Aku selalu merasa menjadi pria paling sempurna jika bersamamu. Karena,aku melihat keutuhan-ku tercermin padamu. Kau yang mempunyai senyum seindah senja dan mata seterang bintang di langit utara. Aku rindu tingkah bodoh-mu yang menjadikan-ku manusia paling bahagia di Dunia ini. Aku rindu tawamu yang menjadikan-ku manusia paling beruntung di Dunia ini.

Aku rindu disaat kita tertawa,merasakan cinta dan berpegangan tangan di antara Dunia.

Gadis ber-mata coklat. Kapan kita bisa duduk berdua di tepian dermaga tua dan bercerita tentang segala hal sampai sang senja menyapa lalu kita berpegangan tangan dan kau menari dengan riangnya.

Gadis ber-mata coklat. Kapan kau pulang? rumah ini menunggumu bersandar. Ada sebuah ruangan yang lampunya kau padamkan. Kembalilah,agar aku tak menyala sia-sia. Ruangan ini selalu menjadi milikmu. Hari ini, esok, dan sampai nanti.

Kembalilah, gadis ber-mata coklat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun