Mohon tunggu...
Winda Aulia Saad
Winda Aulia Saad Mohon Tunggu... Lainnya - Lhia. Skoliosis & FOP fighter. Penulis yang selalu brusaha memahami arti kehidupan :)

Namaku Winda Aulia Saad, biasa disapa dengan nama Aulia, atau Lia. Lahir di Timor Timur (Timor Leste), 19 Februari 1995\r\n\r\nHobiku menulis, menggambar, dan menulis not lagu. Selain itu aku juga senang bermain piano, desain foto & video, main gadget, dan pastinya games :D\r\n\r\nMy blog :\r\nhttp://dunialiasaad.blogspot.com/\r\nhttp://lhianaaulia.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

The Real My Life Story

4 Juni 2022   07:21 Diperbarui: 4 Juni 2022   07:28 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari keempat di tahun 2001, mau tidak mau aku harus kehilangan adik laki-laki yang sudah sangat kunantikan kehadirannya, karena ternyata ia tidak selamat dalam kelahirannya. Dan selang 4 bulan kemudian masih di tahun yang sama, Papa yang sangat kucintai pun ikut pergi menyusulnya karena sebuah penyakit yang terlambat diketahui. 

Beliau hanya 2 hari dirawat di Rumah Sakit sebelum akhirnya pergi untuk selamanya. Aku yang saat itu masih berumur 6 tahun pun belum terlalu mengerti apa yang terjadi. Dan sejak saat itu juga, aku dan Mama pun akhirnya tinggal di rumah Orangtua Mama, Kakek dan Nenekku.

***

Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 2010 secara tiba-tiba tangan kiriku diserang pembengkakan (Flare Up) mulai dari atas bahu perlahan menjalar sampai ke ujung jari tangan kiriku, yang pada akhirnya membuat bahu, siku, pergelangan, serta kedua jari tangan kiriku berubah menjadi kaku dan sulit digerakkan. Kondisi ini pun membuat ruang gerakku semakin terbatas untuk sekedar mengetik di keyboard laptop, atau menggunakannya untuk makan karena sebelumnya tangan kananku juga sudah kaku dan tak bisa ditekuk lagi.

Seiring waktu, tak hanya beberapa bagian persendian. Kekakuan itu membuatku bahkan tak mampu menyeimbangkan tubuh dan terlalu sering dalam posisi duduk. Akibatnya, kondisi tulang belakangku yang semula tegak, secara perlahan membengkok ke arah kanan sehingga siku kiri akhirnya semakin menyentuh paha kananku. Hal ini terjadi selama bertahun-tahun dan menjadi semakin parah sehingga membuat pernafasanku pun mulai terganggu.

Tahun 2014 aku kembali menjalani pemeriksaan disalah satu Rumah Sakit di kota Makassar, tepatnya ke spesialis ahil bedah Ortopedi. Mulai dari rontgen hingga CT-scan, hasilnya Dokter itu mendiagnosa suatu penyakit bernama Ankylosing Spondylitis, sejenis penyakit sendi yang termasuk dalam golongan autoimun. 

Selain itu, dari hasil CT-scan juga terlihat adanya keretakan dibagian panggul kiriku yang membuatnya tampak berbeda. Namun akhirnya kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatan lagi, karena satu-satunya solusi yang disarankan Dokter saat itu yakni pemasangan sendi buatan diarea panggul biasanya dilakukan untuk pasien di atas usia 40 tahun, sedangkan waktu itu usiaku baru menginjak 19 tahun.

Awal tahun 2018, Flare Up itu kembali menyerang kaki kananku. Dimulai dengan pembengkakan secara tiba-tiba dibagian paha kananku, lalu menurun ke lutut, betis hingga pergelangan dan jari kaki kananku. Disertai rasa nyeri luar biasa tak tertahankan, membuatku nyaris tak bisa tidur di malam hari karena saking sakitnya.

Beberapa hari setelah menjalani berbagai pemeriksaan dan pengobatan, bengkaknya pun mulai mereda. Namun seperti yang terjadi pada tangan dan rahangku, kondisinya tetap berakhir dengan kaku dibagian persendian lutut kananku yang semakin tak bisa ditekuk, membuatku jadi semakin sulit untuk berjalan.

Tak sampai disitu, kekakuan ini juga kembali menyerang kaki kiriku, tepatnya dibagian pergelangan dan jari-jari kaki. Diawali dengan bengkak dan rasa nyeri luar biasa, lalu kemudian setelah itu persendiannya mulai mengeras dan semakin sulit untuk digerakkan atau ditekuk lagi.

Kondisi ini pun membuat pergerakanku menjadi semakin terbatas. Bahkan hanya untuk bangkit berdiri dan berjalan saja aku harus memerlukan bantuan. Tidak seperti sebelumnya yang meski hanya dengan posisi setengah berdiri, aku masih bisa bangkit dan berjalan sendiri tanpa dipegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun