Mohon tunggu...
Aulia Puspanjali
Aulia Puspanjali Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer | Freelancer Social Media and Content Specialist

Allah . Nabi Muhammad SAW . Ibu Ibu Ibu . Bapak! ManJadda WaJada! Ombak dan suasana kereta selalu berhasil membuatku jatuh cinta :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kali Ini, Cintaku Tepat Waktu!

4 Februari 2020   05:37 Diperbarui: 4 Februari 2020   09:24 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stasiun Lempuyangan, 4 februari 2020

Sore ini Jogja gerimis, tapi untung saja tidak disertai angin kencang. Tiket keretaku pukul 15.30 Ekonomi Progo dengan nomor kursi 5D, masih ada waktu 20 menit untuk membeli Roti Maryam di depan penitipan motor, dari semester 7 aku memang sesekali lewat sini untuk sekedar membeli Roti Maryam ini, apalagi rasa cokelat hmmmm Bread Talk mah lewat hihihi.

"Dengan tujuan akhir Stasiun Pasar Senen akan segera tiba, bagi penumpang diharap ..." Pemberitahuan dari pihak KAI terdengar sampai luar stasiun

"Wah ontime juga ya kereta nya. Maturnuwun nggih mas" Laki-laki dengan jaket jeans dan masker hijau yang sepertinya akan satu tujuan denganku ini segera mengemasi tas ransel nya.

  •                                                                                                             Pict from : mediamasha.com

Benar saja, dia duduk tepat didepan kursiku. Sudahlah, kamu terlalu sering memikirkan hal yang tidak begitu penting Mir. Bukankah rencamu pergi meninggalkan Jogja adalah melupakan dia yang tiba-tiba pergi begitu saja? Hm, sejak kapan aku sering berbicara dengan diriku sendiri seperti ini ya!

"Permisi mbak?" Sambil membuka masker nya

"Oh iya, silah..kan" Deg!

Bukan, bukan Mira! Laki-laki yang kamu lihat bukan itu bukan dia. Kamu saja yang belum membersihkan kacamatamu yg sudah buram itu.

Seketika aku mencari tempat kacamataku untuk mendapatkan kain yang biasa ku pakai untuk membersihkan kacamataku ini. Nah! Ini dia. Seeet.. Seeet.. pakai lagi kacamatamu Mir, lagi-lagi seperti ada yang mengajakku untuk lebih fokus melihat keadaan sekitar.

"Alhamdulillah!"Setelah memastikan bahwa laki-laki ini bukan dia

"Maaf mbak, mbak nya nggakpapa?

"Oh enggak, enggak santai aja. Saya kira tadi saya salah kereta hehe"

Kalau ada kaca kemungkinan kamu bisa melihat betapa merah nya pipimu Mir! Hampir saja hal konyol terjadi. Lagipula kenapa kamu sebegitu memikirkan nya sih Mir, dia sudah jelas-jelas menghilang.

"Turun dimana mbak?"

"Stasiun Pasar Senen" Aku bingung harus bagaimana, rasanya laki-laki ini mirip sekali dengan ... sudahlah Mir!

"Mbak ada tisu? Hp saya kena sedikit minyak Roti Maryam tadi, kebetulan tisu saya di tas"

Aku serahkan tisu dengan motif hello kity, ke arah tangan nya. Pokoknya habis ini aku mau lanjutin baca novel Puthut EA aja. Titik! Lagipula kenapa jadi bercabang begini sih fikiranku.

Suasana gerbong 5 semakin sepi, hanya ada suara bapak-bapak sedang bercengkrama yang sepertinya baru kenal juga. Mereka sedari tadi membicarakan soal kerajaan-kerjaaan yang baru saja muncul di berita. Hmmm rasanya saat ini berita hoax cepat sekali menyebar.

Sambil mencari letak novelku di ransel, sesekali aku memikirkan soal akan jawab apa aku nanti ketika sampai di Tangerang. Masaiya aku bilang cuti buat liburan tapi pergi nya dadakan. Bodo ah mending besok cari penginapan deket Kotu aja, biar pagi nya bisa sepedaan. Nah akhirnya buku nya ketemu.

" Suka Puthut Ea juga mbak?"

"Juga?"

"Iya, kebetulan saya seneng baca karya beliau, Seorang Lelaki yang Keluar dari Rumah?Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali? Emm Cinta Tak Pernah Tepat Waktu salah satu favorit saya juga sih"

Tiba-tiba saja dia menarik perhatian saya untuk menanggapi kalimat-kalimat nya. Sesekali aku melihat dia tertawa karena ucapan nya sendiri. Rasanya, aku seperti melihat diriku saat sedang baik-baik saja.

"Mas nya berhenti di?" Akhirnya ku beranikan diri untuk membukan pembicaraan, bukan perasaan.

"Pasar Senen juga, ada keperluan disana"

"Ada kerjaan?

"Hahaha enggak, sedang akan mencari jawaban"

"Oh, mau ngelamar ya hehe" Entah apa yang membuatku menemukan kalimat itu, rasanya justru sedari tadi aku menghindari pembahasan soal apapun berbau perasaan!

"Sesaat lagi, kereta akan berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan."

Suasana hening, kulihat laki-laki yang baru ku kenal tadi sudah tertidur dengan percakapan terakhir tanpa jawaban. Aku merasa mataku sudah sangat perih dan ingin sekali tidur, tapi perasaanku rasanya masih benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Semakin malam, aku justru semakin ingat kebaikan dia selama ini.

Stasiun Pasar Senen, 05 Februari 2020

Aku sudah merasa lebih fresh setelah mencuci muka di toilet Stasiun tadi, tapi rasanya agak sedikit ngeri kalau pesen driver ojol jam segini. Ku putuskan untuk mencari kopi hangat di swalayan samping tempat mencetak tiket.

"Saya kira, langsung caw" Suara laki-laki itu masih terekam jelas

"Saya kira mas nya, ketiduran di kamar mandi hehe" Aku mencoba sedikit mencairkan suasana, mengingat dia salah satu penggemar penulis favoritku juga. Ternyata benar, persamaan membuat orang semakin memiliki keccocokan dalam berkomunikasi.

"Raka Nugraha, mbak" Tangan kanan nya mengajakku bersalaman

"Mira Andini" 

Dari perkenalan itu kita akhirnya memutuskan menunggu pagi datang di Masjid Stasiun. Kami berpisah, untuk menuju shaf masing-masing. Ada sedikit rasa penasaran yang sejujurnya menyelinap di kepalaku. Rasanya bukan sebuah kebetulan jika laki-laki ini bisa datang dan menemaniku sampai pagi ini. Tapi apakah ini semua memang rencana dariNya. Ah sudahlah, setelah ini toh kita akan pergi ke tujuan masing-masing. Aku mencari penginapan di Kotu dan dia mencari sebuah jawaban yang bahkan aku tidak peduli jawaban apa yang dia cari. Aku putuskan keluar masjid pukul 06.10, baru ku sadari ternyata aku ketiduran lagi, hm penyakit ini memang sering sekali kambuh.

Pintu keluar yang sama membuat aku dan Raka bertemu lagi, aneh. Aku yang merasa ini semua bukan kebetulan mencoba mulai mencari waktu untuk menanyakan.

"Nginep dimana Mir?"

"Emmm kemungkinan cari penginapan deket Kotu sih, kangen suasana nya aja, btw makasih udah jadi temen ngobrol selama di kereta ya. "

"Hehehe, di kereta aja nih?

Deg! Maksudnya apa, aku benci perasaan macam ini. Aku pergi ingin melupakan sesuatu yg bahkan masih membekas sampai hari ini. Lalu laki-laki ini datang tiba-tiba entah darimana, seolah ingin mengajak bercanda juga!  

"Maksud kamu?"

"Kita makan soto ibu2 madura di depan Istiqlal yuk, aku yang traktir deh."

Ini apalagi, dia bahkan tau makanan favorit aku ketika mengunjungi Istiqlal, dia ini siapa sebenernya ya Tuhan.

"Sebentar! Kamu siapa sebenernya! Semua yang kamu kasih liat ke aku itu seolah kamu tau tentang aku. Buku Puthut Ea, kopi swalayan stasiun dan sekarang soal Soto di Istiqlal!"

Laki-laki di depan yang sejak awal lebih banyak bercerita ini seketika menatap mataku, seolah menyiapkan kalimat panjang yang akan dia ucapkan. Hmmmmfff

" Pertama kali aku membaca tulisanmu ketika seorang teman SMAku menjadikan tulisanmu itu story di Instagram, entah kenapa aku suka sekali membaca setiap diksi yang kamu pilih. Aku mengikutimu melalui tulisanmu, saat aku tau kamu sedang kalut karena seseorang dan berencana pergi ke Jakarta aku yakin obat dari semua ini adalah stasiun ini, dan ternyata benar. Aku seharsunya hari ini di Cirebon, meeting sama klien tapi saat malam itu ternyata yang di depanku adalah kamu. Aku minta klien untuk reschedule, dan Alhamdulillah klien setuju. Aku sendiri nggaktau kenapa bisa seyakin ini mengikuti kamu sampai pagi ini Mir, yang aku tau.. aku mulai sadar aku jatuh hati pada karakter yang ada pada diri kamu Mir!" 

"Nggak, ini aneh. Udah cukup, mending kamu ke Cirebon sekarang. Kamu Cuma buang2 waktu disini" Aku benar-benar menahan sesuatu yang sudah sesak, rasanya aku ingin lari saja dari pertemuan ini. Aku benar-benar takut kejadian kemarin akan terulang lagi.

"Kenapa kamu selalu membohongi dirimu sendiri sih Mir, aku bahkan tau kamu pun mulai merasakan sesuatu ketika tau aku suka dengan karya Puthut Ea, penulis favoritmu yang bahkan butuh waktu 2 bulan untuk aku menyelesaikan buku itu Mir, dan disini. Ditempat yang menjadi salah satu tempat favoritmu. Aku ingin kamu memulai kembali perjalanan panjangmu sama aku Mir, nikah sama aku ya Mir, bulan Februari dan buku ini jadi saksi ya kalau kita bisa memulai nya"

Aku nggak nyangka  ada orang yang tanpa sepengetahuanku diam-diam memperhatikan dan mencari waktu untuk bisa mengambil hatiku. 

"Aku gatau do'a apa yang kamu panjatkan ketika kita sholat shubuh tadi, yang aku sadar aku mulai percaya bahwa rasa ini memang mulai tumbuh ketika perbincangan kita soal buku tadi malam dan aku harap awal yang singkat ini tidak membuat perjalanan kita menjadi singkat juga ya!" Tanpa sadar aku menerima ajakan Raka untuk serius.

Cinta mungkin kadang tidak pernah tepat waktu, tapi ketika rasa percaya dan kekuatan hati itu benar adanya. Waktu yang akan menjawab siapa orang yang tepat untuk membersamai perjalanan panjang kita. Kita nggak pernah tau siapa orang yang diam-diam memperhatikan dan mendo'akan kita, yang perlu kita tau adalah Tuhan sudah menciptakan pasangan sedemikian baik nya. Semoga kita selalu bertemu dengan orang-orang baik yang sayang dengan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun