Tiba-tiba saja dia menarik perhatian saya untuk menanggapi kalimat-kalimat nya. Sesekali aku melihat dia tertawa karena ucapan nya sendiri. Rasanya, aku seperti melihat diriku saat sedang baik-baik saja.
"Mas nya berhenti di?" Akhirnya ku beranikan diri untuk membukan pembicaraan, bukan perasaan.
"Pasar Senen juga, ada keperluan disana"
"Ada kerjaan?
"Hahaha enggak, sedang akan mencari jawaban"
"Oh, mau ngelamar ya hehe" Entah apa yang membuatku menemukan kalimat itu, rasanya justru sedari tadi aku menghindari pembahasan soal apapun berbau perasaan!
"Sesaat lagi, kereta akan berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan."
Suasana hening, kulihat laki-laki yang baru ku kenal tadi sudah tertidur dengan percakapan terakhir tanpa jawaban. Aku merasa mataku sudah sangat perih dan ingin sekali tidur, tapi perasaanku rasanya masih benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Semakin malam, aku justru semakin ingat kebaikan dia selama ini.
Stasiun Pasar Senen, 05 Februari 2020
Aku sudah merasa lebih fresh setelah mencuci muka di toilet Stasiun tadi, tapi rasanya agak sedikit ngeri kalau pesen driver ojol jam segini. Ku putuskan untuk mencari kopi hangat di swalayan samping tempat mencetak tiket.
"Saya kira, langsung caw" Suara laki-laki itu masih terekam jelas